HomeKabar BintuniHabis Delta Terbitlah Omicron

Habis Delta Terbitlah Omicron

Pada pertengahan tahun 2021 hingga menjelang akhir, Indonesia dihantam gelombang kedua virus Covid-19 yang bervarian Delta. Belum lega kita menghela napas, kini kembali varian baru yang bernama Omicron sudah menyebrang dan menyebar.

Melansir kompas.com, kasus aktif tercatat di Jakarta sudah mencapai 768 orang. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan terjadinya gelombang ketiga. Meskipun menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) varian ini merupakan varian dengan gejala yang lebih ringan, karena tidak menyerang paru-paru, namun hal ini harus tetap diwaspadai.

“Kami melihat semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa Omicron menginfeksi bagian atas tubuh. Tidak seperti yang lain, paru-paru yang akan menyebabkan pneumonia parah,” ujar Manajer Insiden WHO Abdi Mahamud, mengutip dari Reuters, Rabu (5/1/2022).

Meski Gejala Ringan, Namun Lebih Cepat Menular

Meskipun varian Omicron ini bergejala ringan, namun harus tetap diwaspadai. Menurut WHO, varian ini lima kali lebih cepat menular. Adapun gejala yang harus diperhatikan adalah: Flu dan batuk, mudah kelelahan, hidung tersumbat, tenggorokan gataal dan demam, namun tidak bermasalah pada penciuman (anosmia).

Maka untuk mengantisipasi hal ini, Satgas Covid-19 pun mengeluarkan Surat Edaran Nomor 22 Tahun 2021, tentang perjalanan dalam negeri juga SE Nomor 24 Tahun 2021 tentang aturan aktivitas dan mobilitas masyarakat periode nataru pada masa pandemi Covid.

Melansir prfmnews, Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengungkap kesiagaan Indonesia paska liburan Nataru dan cepatnya tingkat penularan pada varian ini, maka luar Jawa-Bali juga diterapkan PPKM Level 2. Bagi pengguna moda transportasi udara pun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.

“Untuk penumpang udara di wilayah Jawa-Bali, wajib menunjukkan kartu vaksin dosis pertama dan hasil tes PCR maksimal 3 x 24 jam,” jelasnya dalam konferensi pers Satgas Covid-19 Selasa, (4/1/2022).

Vaksinasi Harus Disosialisasikan di Papua dan Papua Barat

Dari beberapa kasus penolakan yang berujung rusuh di Papua Barat, adalah buntut dari kurangnya sosialisasi pemerintah daerah dan Satgas kepada masyarakat. Target vaksinasi yang dikejar menjadi capaian statistik seolah prestasi bagi suatu daerah.

Minimnya sosialisasi ini yang menyebabkan gampangnya rumor atau hoaks yang menyebar dan mengakibatkan masyarakat enggan untuk melakukan vaksinasi. Hal ini diungkap oleh Yohanes Akwan, salah satu pemerhati sosial di Papua Barat pada 17 Desember 2021 lalu. http://bicarauntukrakyat.com/2021/12/17/mengejar-statistik-mengabaikan-sosialisasi-vaksin-di-papua/

“Seharusnya vaksin ini lebih disosialisasikan oleh pemerintah dan jejaringnya sebagai sebuah kebutuhan masyarakat, bukan kewajiban. Saya selama ini tidak melihat sosialisasi yang masif, yang bisa mempenetrasikan kebutuhan vaksin ini sampai ke distrik-distrik atau kampung-kampung kecil. Jadi warga juga semakin tidak suka, jika pemerintah sekarang ini cuma seperti kejar target saja. Ko harus vaksin, kalo tidak, ko mo bikin apa-apa semua susah,” ungkapnya.

 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments