Diketahui bahwa proyek pembangunan di Papua sedang gencar. Selain deforestasi oleh proyek perkebunan dan tanah, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu penyumbang siginifikan dari berkurangnya lahan hutan Papua.
Pada tahun 2019, Badan Pusat Statistik mencatat luas total hutan Papua mencapai 42,5 juta hektar. Berdasarkan penilitian dari di jurnal Biological Conservation, Papua kehilangan 2 persen kawasan hutan di periode 2001 – 2019. Jika ditotal, maka 2 persen hutan Papua mencapai 748,640 hektare.
Menurut penelitian tersebut, angka ini memang lebih kecil dari deforestasi pulau lain. Misalnya, Sumatra dan Kalimantan yang telah kehilangan hutan masing-masing sekitar 25 persen dan 14 persen. Namun, sebuah penelitian menggunakan model anlisis menggunakan citra satelit untuk memprediksi deforestasi hutan di Papua.
Ternyata, terdapat risiko besar deforestasi hutan Papua dalam kurun waktu belasan tahun ke depan. Tepatnya di tahun 2036 hutan di Papua diprediksi akan hilang sebanyak 4,5 juta hektar. Mengutip The Conversation, proyek pembangunan infrastruktur jalan raya atau Trans Papua menjadi proyek yang paling mengancam deforestasi.
Mengacu data dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), proyek Trans-Papua punya dampak signifikan terhadap pembalakan hutan. Dari tahun 2001-2019, proyek ini menyebabkan kehilangan tutupan hutan mencapai 22.009 hektar.
Dari jumlah tersebut, sekitar 4.906 hektare (22 persen) terjadi di dalam kawasan lindung/konservasi, 9.632 hektare (44 persen) di kawasan hutan produksi, dan 7.471 hektare (34 persen) di luar kawasan hutan.
Hal ini diungkapkan oleh Umi Ma’rufah, peneliti Walhi. Walhi merilis hasil studi proyek prioritas strategis dengan nomor 31 atau MP-31 ini dan menyoroti dampak lingkungan dari proyek tersebut.
“Sepanjang 2001-2019, pembangunan ruas jalan MP-31 yang terbangun menyebabkan kehilangan tutupan hutan mencapai 22.009 hektar,” kata Umi Ma’rufah, peneliti Walhi saat rilis Juli lalu.
Terdapat dilem tentang pembangunan jalan Trans Papua ini. Sejatinya, proyek ini sudah tidak dihentikan lantaran sudah hampir rampung. Sekitar 90 persen proyek sudah diterapkan dan dampak dari pembangunan sudah terjadi. Jika dihentikan, justru dampaknya akan lebih besar yakni sekitar 30 persen lebih besar jika dihentikan.
Lantas, apa yang dapat menekan laju deforestasi Papua? Salah satu Deklarasi Manokwari atau yang berbuah pembentukan Provinsi Konservasi. Deklarasi tersebut merupakan upaya untuk membangun Papua Barat sebagai Provinsi Konservasi dengan mengembalikan zona lindung hutan Papua Barat seluas 70 persen dan laut 50 persen dan mengurangi zona pemanfaatan dari 64 persen menjadi 30 persen.
Salah satu buah dari Deklarasi Manokwari adalah pencabutan lima izin usaha kelapa sawit pada 27 April 2021. Pemerintah bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi dan Yayasan Econusa dalam rangka mengkaji izin konsesi kelapa sawit tersebut. Hal ini menjadi angin segar sekaligus upaya dalam menghentikan laju deforestasi dan prediksi deforestasi Papua di tahun-tahun berikutnya.
Sumber:
Elisabeth, Asrida. 2021. Kajian Sebut Jalan Trans Papua Makin Gerus Hutan Papua. Mongabay edisi 7 Agustus 2021.
Fadli, Ardiansyah. 2021. Antropolog Harus Dilibatkan, Jangan Sampai Jalan Trans-Papua Jadi Karpet Merah buat Pembalak Liar. Kompas edisi 15 Maret 2021.
Laksono, Muhdany Yusuf. 2021. Jalan Trans-Papua Diharapkan Kurangi Indeks Kemahalan. Kompas edisi 27 September 2021.
Kapisa, Hans Arnold. 2918. Deklarasi Manokwari: Tanah Papua Damai dan Lestari. Tempo edisi 11 Oktober 2018.
The Conversation. 2021. Riset: Sekitar 4,5 juta hektare hutan bakal hilang, terimbas proyek Trans Papua. The Conversation edisi 22 Oktober 2021.