HomeKabar BintuniKisah Buaya Ronda Bintuni, Papua Barat, yang Capai 10 Meter

Kisah Buaya Ronda Bintuni, Papua Barat, yang Capai 10 Meter

Ilustrasi buaya Ronda Teluk Bintuni, Papua. Foto: pixabay

Jika Anda pernah bertandang ke Teluk Bintuni, Papua Barat, sempatkan untuk bertanya pada nelayan lokal soal buaya. Tak sedikit dari mereka yang akan bercerita soal penampakan buaya besar dengan ukuran mencapai 10 meter.

“Telapak kakinya saja sebesar ini,” ungkap salah seorang warga sampai merentangkan kedua tangannya.

Nama dari buaya tersebut, Ronda, berasal dari tingkahnya yang kerap berpindah-pindah. Persis seperti aktivitas ronda manusia pada malam hari. Menurut warga lokal, buaya raksasa ini pun berpindah-pindah setiap malam.

“Kadang terlihat di Bintuni, besoknya sudah tidak terlihat lagi,” sambung nelayan lainnya.

Menurut kesaksian nelayan yang pernah melihatnya, buaya ini begitu besar. Tumbuh lumut di bagian mata dan kepalanya yang membuat nelayan berpikir bahwa umurnya sudah sangat tua.

Bayangkan, saat ini tercatat buaya terbesar yang pernah ada memiliki panjang 6 meter. Sebutlah buaya Lolong asal Filipina dan buaya Gustave yang terkenal dari Afrika. Kedua buaya tersebut masih kalah besar dari buaya Ronda yang ada di Bintuni.

Betul, belum ada foto penampakan buaya tersebut. Lantas, apakah mungkin masih ada buaya sebesar itu?

Menaksir Keberadaan Buaya Ronda

Buaya merupakan salah satu reptil tertua yang ada di dunia. Dahulu, ukuran buaya dapat mencapai 10 hingga 13 meter. Namun, itu ukuran untuk buaya bernama Deinosuchus dan Sarcosuchus, atau buaya purba. Peneliti percaya, bahwa spesies ini sudah punah. 

Saat ini, jenis buaya terbesar umumnya berjenis buaya muara. Sejauh pengamatan, buaya muara memiliki ukuran terbesar mencapai 6 atau 7 meter. Ukuran dari buaya biasanya bergantung pada ketersediaan makanan dan suhu dari habitat reptil tertua di dunia itu.

Melihat alam Teluk Bintuni yang begitu asri, bukannya tidak mungkin jika buaya berukuran besar hidup di sana. Bintuni memiliki sungai hutan bakau yang luasnya bahkan menyaingi hutan Amazon di Brazil. Hutan bakau Teluk Bintuni bahkan yang terluas di Indonesia.

Selain itu, tidak banyak perburuan buaya di Teluk Bintuni. Artinya, habitat buaya raksasa di hutan mangrove Bintuni ini termasuk aman dari ulah tangan manusia. 

Menurut James P. Ross, seorang peneliti dari Universitas Florida, buaya memiliki umur yang panjang. Umur ini pula dipengaruhi oleh habitat serta asupan makanan buaya. Jika sehat, buaya dapat hidup sampai 80 tahun lebih. 

Menariknya, pertumbuhan buaya pun dapat terus berlanjut meski sudah dewasa. Jika buaya mendapatkan makanan yang cukup dan habitat dengan suhu yang tepat, maka ia dapat terus tumbuh meski secara perlahan.

Pertanyaannya, apakah buaya Ronda mendapat asupan makanan yang cukup?

Penelitian terbaru mengatakan bahwa sebagian buaya juga memakan tumbuhan. Hal ini diungkapkan oleh Attila Ősi, salah satu Ahli Pra sejarah asal Hungaria. Ada beberapa spesies buaya yang memakan tumbuhan dan buah-buahan.

“Menjadi makhluk pemakan tumbuhan merupakan salah satu kelebihan buaya,” ucap Atilla, mengutip dari artikel National Geographic.

Salah satu jenis buaya yang saat ini masih terbukti memakan tumbuhan dan buah adalah jenis buaya gharial. Buaya ini termasuk buaya yang hampir punah dan mampu tumbuh besar mencapai 6 meter.

Alam Teluk Bintuni dan Buaya Raksasa

Penelitian soal buaya selalu menarik. Khususnya soal bagaimana mereka bertahan hidup. Seorang Herpetologi bernama Steven Platt, misalnya. Ia selalu kagum kala membedah perut seekor buaya. Pasalnya, hewan ini memakan segalanya.

“Kamu tidak pernah tahu apa yang kamu temukan dalam perut buaya. Seperti membuka kado nata, isinya bisa apa saja,” ungkap Platt mengutip dari mongabay.

Hal ini mendukung keberadaan buaya raksasa yang ada di Teluk Bintuni. Hutan mangrove yang asri nan luas itu memiliki berbagai sumber daya alam dan keanekaragaman hayati yang baik untuk habitat buaya.

Ihwal ukuran buaya memang belum dapat dipastikan. Namun, dapat kemungkinan besar sungai hutan bakau Teluk Bintuni menyimpan buaya dengan ukuran sehat dan besar. Terlebih, hutan bakau memang terkenal sebagai habitat buaya.

Membuka lahan mangrove untuk kepentingan pembangunan dan lain-lain berpotensi menggusur habitat buaya. 

 

Sumber:

Ross, James. P., Crocodile: Reptile order, Crocodylia. Britanica.com 

Vernimmen, TIM. 2019. Plant-eating crocodiles thrived in dinosaur times. National Geographic edisi 27 Juni 2019.

Watsa, Mrinalini Erkenswick. 2013. Scientists discover that even crocs have a fetish for fruit. News.mongabay.com edisi 10 September 2013

 

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments