HomeKabar BintuniIkan Idola dari Teluk Bintuni

Ikan Idola dari Teluk Bintuni

Oleh: Nicolaus Y. Leftungun
Direktur Yayasan Sahabat Mangrove Bintuni

Di tengah bentangan megah hutan mangrove Teluk Bintuni, kehidupan tumbuh tak hanya di antara akar-akar udara bakau yang kokoh. Laut dan sungai di wilayah ini menyimpan dua permata berharga yang telah lama menjadi bagian dari identitas budaya dan ekonomi masyarakat pesisir: ikan Sembilan dan ikan Congge.

Sebagai pemerhati ekosistem mangrove dan pelestari kehidupan pesisir, saya melihat betapa pentingnya ikan Sembilan bagi masa depan generasi muda kita. Kandungan omega-3 yang tinggi dalam ikan ini adalah berkah alam yang tak ternilai. Dalam berbagai kajian gizi, omega-3 terbukti berkontribusi terhadap pertumbuhan otak anak, memperkuat daya ingat, dan meningkatkan kecerdasan kognitif. Bagi saya, ini adalah investasi alami dari laut Bintuni—sebuah sumbangsih ekosistem bagi lahirnya generasi emas di masa mendatang.

Namun pesona laut kita tidak berhenti di situ. Ikan Congge, dengan tubuh kekar dan daging padatnya, menyimpan kisah ekonomi yang jarang diketahui khalayak. Tidak hanya menggugah selera di meja makan, ikan ini memiliki gelembung renang (swim bladder) yang bernilai tinggi. Dalam kunjungan saya ke beberapa kampung pesisir, saya menyaksikan secara langsung bagaimana gelembung ikan Congge dikeringkan dan dipersiapkan untuk ekspor ke pasar internasional—terutama ke Tiongkok dan Jepang—sebagai bahan dasar sup kelas premium.

Lebih dari itu, dunia farmasi modern bahkan telah memanfaatkan gelembung ikan Congge sebagai bahan baku benang jahit internal dalam operasi manusia, karena kekuatannya yang alami dan kemampuannya untuk diserap tubuh. Ini adalah bukti bahwa sumber daya lokal kita menyimpan potensi global, bila dikelola dengan bijak dan berkelanjutan.

Sebagai Direktur Yayasan Sahabat Mangrove Bintuni, saya percaya bahwa pelestarian hutan mangrove dan ekosistem pesisir merupakan kunci utama menjaga keberlanjutan ikan Sembilan dan Congge. Laut yang sehat, mangrove yang terjaga, adalah jaminan bagi gizi, ekonomi, dan masa depan anak-anak Teluk Bintuni.

Ini bukan sekadar soal ikan. Ini soal harapan—tentang bagaimana kearifan lokal dan potensi alam kita bisa menjadi fondasi pembangunan berkelanjutan di tanah Papua Barat.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments