Demi mendongkrak ekonomi Sorong, Rico Sia Anggota DPR RI Komisi VII dapil Papua Barat, menggerakkan program penerapan teknologi perikanan budidaya sistem bioflok. Hal ini dilakukan dalam rangka memperoleh penghasilan yang lebih di tengah pandemi.
Dalam penerapannya, DPR RI Komisi VII memberikan bantuan kepada petani tambak berupa benih ikan 10.000 ekor, pakan ikan 500 kg, mesin blower 2 unit, kolam terpal bioflok 10 set, ventilator dan beberapa mesin lainnya yang sangat dibutuhkan.
Berdasarkan hasil uji coba di sejumlah wilayah, sistem bioflok terbukti cukup efektif dalam meningkatkan produktivitas tambak. Untuk itu, sistem bioflok diharapkan berhasil di Sorong dengan potensi perikanan yang tinggi.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Tb Haeru Rahayu menyebut, sistem budidaya bioflok merupakan alternatif masyarakat untuk berusaha di bidang pembudidayaan ikan. Ada beberapa kelebihan sistem ini, antara lain ramah lingkungan dan berkonsep ekonomi biru.
Konsep ekonomi biru adalah keseimbangan di mana tetap mendapatkan profit tanpa merusak lingkungan.
“Budidaya ikan sistem bioflok ini berbasis ekonomi biru. Kita lihat coba, semua teknologinya itu berbasis kepada pendekatan keilmuan. Seperti, limbahnya diatur hingga kasih pakannya juga terukur. Ingat jangan sampai kegiatan budidaya itu tidak sustainable atau tidak berkelanjutan,” ungkap Haeru Rahayu mengutip IDXChannel.
Lantas, apa itu bioflok?
Gaya Baru Perikanan, Bioflok
Secara sederhana, bioflok memanfaatkan rekayasa lingkungan yang mengandalkan pasokan oksigen dan pemanfaat mikroorganisme. Tujuan utamanya adalah meningkatkan nilai kecernaan pakan.
Lebih spesifik, bioflok mengubah senyawa organik dan anorganik yang terdiri dari karbon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen menjadi massa sludge memanfaatkan bakteri. Hasilnya menjadi apa yang disebut dengan bioflok, sebuah pakan padat gizi tanpa lahan yang luas dan air yang banyak.
Sistem ini mengklaim mampu meningkatkan produktivitas 3 kali lipat. Jika pada kolam dengan padat tebar 100 ekor/m3 memerlukan waktu 80 hingga 110 hari untuk panen maka bioflok bisa lebih cepat.
Dalam sistem bioflok, metode padat tebar 500-1000 ekor/m3 hanya memerlukan waktu 75 hingga 90 hari saja untuk panen. Selain kecepatan panen, bioflok juga lebih irit pakan. Jika dibandingkan dengan budidaya konvensional, teknologi bioflok lebih irit 50 persen.
Pada budidaya konvensional Feed Convertion Ratio (FCR), rata-rata pakan sekitar 1,5. Sedangkan pada bioflok, Feed Convertion Ratio (FCR) dapat mencapai 0,8 hingga 1,0. Artinya, bioflok hanya membutuhkan 9,8 hingga 1,0 kg pakan ikan.
Sumber:
Ariesta, Anggie. 2021. Kenalkan Sistem Bioflok, KKP Ajak Santri Terapkan Ekonomi Biru. IDXChannel edisi 24 Oktober 2021.
Kompas TV. 2021. Budidaya Sistem Bioflok Penting Diterapkan Bagi Petani Tambak Ikan Di Sorong. Kompas edisi 13 November 2021.