HomeKabar BintuniApa Itu Hutan Perempuan Papua?

Apa Itu Hutan Perempuan Papua?

Ilustrasi hutan bakau. sumber: pixabay

Papua tak pernah habis memberikan kejutan bagi dunia. Mereka punya sejuta cerita dan budaya yang tak ada habisnya memukau khalayak. Bahkan, tak sedikit akademisi yang menjadikan Negeri Cenderawasih ini sebagai laboratorium penelitian mereka.

Mulai dari budaya hingga kekayaan hayati, agaknya masih banyak rahasia yang belum terungkap. Salah satunya hutan perempuan Papua. Tak sedikit masyarakat Nusantara yang belum mengetahui hutan yang dijuluki sebagai hutan perempuan ini.

Hutan ini, sesuai dengan penamaannya, merupakan bentuk penghormatan kepada perempuan. Umumnya, pihak laki-laki yang lebih banyak berkegiatan di dalam hutan. Namun, tidak bagi hutan perempuan.

Di hutan ini, laki-laki tidak boleh masuk. Perempuanlah yang menjaga hutan ini dan merekalah yang boleh memasuki hutan ini. Oleh karenanya, hutan ini disebut sebagai hutan perempuan. 

Hutan ini sudah ada bahkan sebelum injil masuk pada tahun 1800-an. Dalam bahasa lokal, hutan ini bernama Tonotwiyat yang berasal dari dua kata, yakni tonot dan wiyat. Jika diterjemahkan, tonot bermakna bakau dan wiyat adalah ajakan untuk bertandang. Dengan demikian, makna dari tonotwiyat adalah ajakan untuk bertandang ke hutan bakau.

Kampung Enggros, Distrik Abepura, menjadi lokasi dari hutan perempuan ini. Sebagian masyarakat Enggros tinggal dalam rumah apung. Bahkan, fasilitas penting seperti rumah adat dan posyandu pun berada pada rumah apung.

Hutan Perempuan Sebagai Kedaulatan Hak Perempuan Papua

Ada hal yang menarik dari kebudayaan masyarakat Enggros dan perempuan. Sebagaimana sebelumnya disebutkan, hutan perempuan merupakan bentuk penghargaan terhadap perempuan Papua. 

“Kami kalau di kampung, khususnya Kampung Enggros, perempuan itu tidak ada hak. Tidak ada hak berbicara di Para-para,” mengutip dari Irene Kemala dalam blognya.

Selain menjadi tempat mencari penghidupan, hutan ini merupakan tempat berlindung para perempuan Enggros. Di sana, mereka dapat berkumpul, berbagi cerita dan kisah tentang kehidupan mereka. Mulai dari masalah rumah tangga hingga hal lainnya.

Ini yang membuat hutan perempuan unik. Di luar hutan, boleh jadi ada yang menguping pembicaraan mereka. Khususnya laki-laki. Apalagi, mengetahui bahwa perempuan memiliki hak berbicara yang minim di sana.

Biasanya, para perempuan Enggros masuk ke hutan perempuan tanpa busana. Hal ini disebabkan kondisi hutan yang berlumpur dan becek sehingga membuat mereka gatal. Atas dasar ini pula, laki-laki tidak boleh masuk ke hutan ini.

Jika ada laki-laki yang ketahuan mengintip atau masuk ke hutan perempuan, maka mereka akan terkena sanksi adat. Namun, tak semua waktu laki-laki dilarang masuk. Pada saat sudah tidak ada yang beraktivitas di hutan tersebut, atau saat sedang pasang, laki-laki boleh masuk.

Adapun masyarakat adat Enggros memberlakukan sejumlah pantangan saat memasuki hutan perempuan. Antara lain tidak boleh bertengkar dengan suami saat masuk, tidak boleh memasuki hutan saat haid, dan tidak boleh berbicara jorok.

Tahun 2019, hutan ini sempat menjadi ikon Kegiatan kampanye 16 hari anti kekerasan terhadap perempuan. Secara eksplisiti, budaya masyarakat Enggros telah menunjukkan salah satu kearifan Papua tentang penghormatan hak perempuan.

 

Sumber:

Elisabeth, Asrida. 2019. Nasib Hutan Perempuan Kampung Enggros. Mongabay edisi 22 Desember 2019

Komala, Irene. 2020. Hutan Perempuan Kampung Enggros Papua. Pinktravelogue

 

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments