Berdasarkan survey di lapangan, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sorong menyebut banyak sektor di Sorong yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Sorong, Papua Barat, Ir. Merry, M.P.
Setidaknya ada 5 sektor potensial di Sorong sebagai pendongkrak perekonomian. Pertama, dari sektor pertanian, Sorong punya produk tanaman pangan yang baik. Misalnya, ubi kayu, yang diproduksi di kota Sorong, 784 ton pada luasan panen 29 hektare tahun 2020.
Kemudian bagian hortikultura tedapat buah, sayur, tanaman hias hingga biofarmaka. Selanjutnya, Merry menyebut sektor perikanan Sorong tak kalah berpotensi. Ia mengatakan sektor perikanan Sorong memiliki pertumbuhan yang baik.
Sektor ini juga dilirik oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dalam kunjungan kerjanya ke Sorong beberapa waktu lalu. Ia menyebut sektor pertanian dan perikanan Sorong sangat menjanjikan. Terlebih jika digarap menggunakan teknologi modern.
“Salah satunya, kita ada teknologi pertanian. Tadi sudah berbincang dengan Pak Bupati bahwa di Jabar memberi makan ikan sudah menggunakan handphone,” kata pria yang akrab disapa Kang Emil, mengutip situs resmi pemerintahan Jawa Barat.
Sektor ketiga adalah sektor pertambangan, energi dan konstruksi. Kemudian untuk sektor keempat, terdapat sektor industri mikro kecil.
Merry mengatakan bahwa proses pembangunan ekonomi perlu memperhatikan pertambahan penduduk. Tahun 2020, jumlah peduduk di Sorong mencapai 28,41 ribu jiwa. Pada tahun ini, pertumbuhan kota Sorong berada pada angka 3,22 persen.
Mangrove Juga jadi Potensi Pertumbuhan Ekonomi Sorong
Program rehabilitasi mangrove menjadi salah satu kekuatan Sorong dalam pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan warga. Hal ini disampaikan oleh Ketua Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Unit II Sorong, Papua Barat, Ina Roselina Sikirit.
“Kami bersinergi tanam mangrove, bikin keramba atau tambak. Kepiting di sini banyak, jadi berkelanjutan karena dari akar mangrove, ada kepiting yang makan dan beranak di situ,” jelas Ina Roselina Sikirit mengutip Kompas.com, Selasa (05/10/2021).
Dengan rehabilitasi mangrove, Ina berharap biota air menjadi lebih sehat dan berlimpah. Sehingga, masyarakat dapat memanfaatkannya sebagai sumber mata pencaharian.
Papua dan Papua Barat memiliki luasan mangrove terbesar di Indonesia. Dari total 3,36 juta hektare mangrove, sebanyak 1,5 juta hektare berada di Papua. Ini yang Ina sebut sebagai kekuatan pertumbuhan ekonomi melalui mangrove.
Sebelumnya, masyarakat menggali batu karang sebagai sumber mata pencaharian. Hal ini berpotensi merusak alam serta membuat ikan bermigrasi ke tempat lain. Selain itu, eksploitasi batu karang dapat berdampak pada gelombang besar ke daratan.
“Masyarakat sementara ini kan mata pencahariannya di sini mengambil batu karang. Mereka tahu sebenarnya itu merusak alam, namun ini kan masalah perut, jadi mereka mau tidak mau ya ambil batu karang akhirnya,” jelasnya.
Ke depannya, warga tak perlu lagi mencari batu karang demi penghasilan tambahan. Hal ini disampaikan oleh Wartebe, warga Kelurahan Klamana.
“Terima kasih pemerintah atas bantuannya. Sudah ubah mindset warga, karena mangrove bisa menjadi sumber penghasilan tambahan dan meningkatkan perekonomian mereka,” lanjutnya.
Sumber:
Humas Jabar. 2021. Jabar-Sorong Bersatu Kembangkan Potensi Daerah. Website Resmi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat edisi 2 Oktober 2021.
Nauly, Yacob. 2021. Multiplier Effek Bagi Pertumbuhan Ekonomi Kota Sorong, Papua Barat. Suara Karya edisi 22 September 2021.
Shofihara, Inang Jalaludin. 2021. Rehabilitasi Mangrove di Sorong Bantu Perekonomian Warga. Kompas edisi 5 Oktober 2021.