Bulan Mei 2020 lalu, peneliti berhasul menemukan spesies tumbuhan baru di area kerja PT Freeport Indonesia. Hal tersebut juga dibenarkan oleh PT Freeport Indonesia (PTFI). Pihak Freeport mengabarkan bahwa ada spesies tumbuhan bari pada area kerjanya di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.Â
Penelitian tersebut dilakukan oleh kerjasama beberapa pihak. Yakni nstitut Pertanian Bogor, Universitas Papua, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Papua Barat, serta Royal Botanic Gardens Kew(Inggris). Spesies baru itu kemudian diberi nama Diplycosia puradyatmikai Mustaqim, Utteridge & Heatubun sp. Nov.
Hasil penemuan tersebut sudah diabadikan dalam publikasi jurnal internasional Phytotaxa442: 52–60 tanggal 11 Mei 2020. Namun yang unik adalah nama dari tumbuhan ini, yakni Diplycosia Puradyatmika Mustaqim. Apa artinya?
Kata puradyatmikai berasal dari salah satu kontributor penelitan, yakni Pratita Puradyatmika. Ia adalah General Superintendent of Highland Reclamation and Monitoring PT Freeport Indonesia yang juga sekaligus pendukung utama eksplorasi tumbuhan itu.
“Dalam praktiknya, agar proses eksplorasi dapat dilakukan dengan lebih maksimal, kami selalu melibatkan sejumlah pihak, mulai dari institusi pendidikan, penelitian dan pengembangan hingga lembaga konservasi keanekaragaman hayati,” ujar Pratita.
Selain Puradyatmika, ada nama Mustaqim pada tumbuhan itu. Hal ini berasal dari peneliti asal Pertanian Bogor, Wendy Ahmad Mustaqim. Kemudian nama Heatubun berasal dari Prof Charlie D Heatubun dari Universitas Papua.
Penggunaan nama tersebut merupakan bentuk apresiasi terhadap para peneliti yang berhasil menemukan spesies baru tersebut. Pasalnya, perlu waktu 35 tahun hingga tumbuhan ini ditetapkan sebagai spesies baru. Belum lagi medan penelitian yang berat.
Kontribusi Papua dalam Ilmu Pengetahuan
Dosen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Cenderawasih Jayapura, Daawia Suhartawan, menyebut Papua merupakan wilayah di Indonesia dengan keanekaragaman hayati yang sangat kaya.
“Papua memiliki keanekaragaman hayati yang kaya karena berada di daerah tropis, wilayah yang sangat luas dan memiliki ekosistem yg paling lengkap, dari ekosistem laut, mangrove, pesisir hingga puncak pegunungam tinggi yang bersalju abadi. Setiap tipe ekosistem memiliki keanekaragaman spesies yang kaya dan unik,” tutur Daawia, mengutip kompas.
Hal ini membuktikan bahwa Papua tak hanya sebagai laboratotium hidup peneliti dunia. Namun, Negeri Cenderawasih ini memberikan kontribusinya pada ilmu pengetahuan dunia.
Prof Charlie D Heatubun pun senada dengan pendapat tersebut. Menurutnya, temuan ini sangat berarti bagi dunia penelitian. Beberapa implikasi dari penelitian ini antara lain membantu penelitian ihwal menyikapi dampak perubahan iklim, pemanasan global dan kepunahan spesies manusia di bumi.
Adapun pihak yang turut andil dalam penelitian ini antara lain Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kebun Raya Bogor, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Bandung, Universitas Diponegoro, Universitas Sriwijaya, Universitas Cenderawasih, dan Universitas Papua.
Tak hanya lembaga dalam negeri, penelitian ini menyita perhatian dunia. Sejumlah lembaha internasional juga terlibat dalam penelitian ini. Antara lain Royal Botanic Gardens Kew di Inggris, South Australian Museum, Bishop Museum, Western Australian Museum, Smithsonian Institution, Los Angeles County Museum, American Entomological Institute, University of Amsterdam, Leiden Herbarium Center, Basil Ornis Consults Netherland.
Sumber:
Costa, Fabio. 2020. Peneliti Temukan Tumbuhan Endemik Papua di Area Kerja Freeport. Kompas edisi 6 Juni 2020.
Supar, Evarianus, 2020. Freeport Temukan Satu Spesies Tumbuhan Baru di Papua. Antaranews edisi 6 Juni 2020.