HomeKabar BintuniPejuang Papua Itu Bernama Ongko Tan

Pejuang Papua Itu Bernama Ongko Tan

“Saya masih optimis bahwa saya bisa kembali ke Papua Barat yang bebas dan merdeka suatu hari nanti,” Tan Seng Thay, tokoh pejuang kemerdekaan Papua.

EK, seorang aktivis Papua yang kini berdomisili di Papua New Guinea, menuliskan euloginya untuk mengenang tokoh pejuang Papua Merdeka, Tan Seng Thay, yang meninggal pada tanggal 9 Agustus 2021, di Den Haag, Belanda, dan dimakamkan di pemakaman “Nieuwe Eykenduynen” – Den Haag, pada tanggal 16 Agustus 2021.

Usailah sudah kembaramu di dunia.
Semua jasa baikmu telah kau ukir dan akan tetap diabadikan di dalam lembaran-lembaran “emas” kisah Sejarah Perjuangan Bangsa West Papua.

Kepergianmu kami lepaskan dengan duka yang mendalam dan air mata.
Namun di Seberang Sana, yakinlah kami bahwa tetabuhan dan gemuruh ria tifa Leluhur Bangsa West Papua telah menyambut kedatanganmu, laksana Pahlawan yang telah tuntas menyelesaikan tugas-tugas luhurnya.
TUHAN, Pencipta Manusia dan Alam Nieuwe Guinea membalas segala kebaikan dan jasamu sesuai dengan neraca-NYA.

Selamat Jalan, Bapak.
Beristirahatlah dengan Tenang dalam Cahaya Abadi-NYA Sang Pencipta.
Tenanglah,
Tenanglah,
Tenanglah dalam tidur panjangmu, Patriot Bangsa West Papua.

Salutku dan doaku, EK.

Keluarga Imigran yang Diangkat Sebagai Menteri Keuangan West Papua

Orang-orang tua di Papua Barat mengenalnya sebagai Ongko Tan, seorang pemilik bengkel yang juga dikenal dengan nama bengkel Tan. Hingga kini, meskipun bengkel tersebut sudah berganti menjadi areal perumahan, namun masyarakat masih mengenal letak “Bengkel Tan”

Banyak cerita yang berpindah dari mulut ke mulut, terutama oleh penduduk senior di Manokwari mengenai Ongko Tan ini. Meskipun sebagian dari cerita tersebut tidak bisa divalidasi, namun perjuangan Ongko Tan sudah menjadi “Urban Legend” yang akan menghiasi sejarah perjuangan Papua Barat.

Di tahun 2020 yang lalu, Rohan Radheya, seorang jurnalis dan pembuat film dari Belanda, berhasil mewawancarai Tan, yang sejak tahun 1975 mendapatkan suaka di Belanda. Dalam artikel “The Chinese Mechanic Who Secretly Led a 40 Year Melanesian Revolution” Tan mengungkap banyak hal yang menjadi penggalan penting dalam sejarah perjuangan Papua Barat, dan harus terkuak.

Tan Seng Thay lahir dari keluarga imigran Tionghoa – Hokkien, yang kaya raya dan berdomisili di Surabaya. Pada tahun 1965, karena takut akan sentimen anti komunis yang sedang digalakkan oleh Soeharto, keluarga Tan melarikan diri ke Papua Barat.

Di Papua Barat, keluarga ini membangun reputasi dengan memberikan kontribusi yang baik bagi masyarakat sekitar. Namun, dengan maraknya pelanggaran HAM yang diterima oleh masyarakat Papua, membuat nurani Tan tergerak untuk ikut tergabung dalam pergerakan.

Ia pun turun masuk ke hutan dan bergabung dengan Seth Jafeth Rumkorem, seorang sersan Papua didikan tentara Indonesia, yang membelot untuk membela hak orang Papua untuk merdeka.

Atas kejelian Tan dalam mengatur toko logistik dan keuangan yang dibukanya di Manokwari, Tan diangkat oleh Rumkorem sebagai Menteri Keuangan pada kabinetnya.

Selain itu, ras Tan Seng Thay sebagai orang Tionghoa, menjadikannya lihai dalam bermanuver untuk melobi negara lain, untuk mendapatkan bantuan dan pengakuan atas kemerdekaan Papua Barat. Maka Rumkorem pun mengutusnya, ke luar negeri dalam misi lobi-lobi.

Diplomasi 40 Tahun Dilakukan di Den Haag, Belanda

Pemberontakan dan gerilya yang dilakukan oleh kelompok Rumkorem, rupanya bukan tandingan yang setimpal dengan TNI. Kalah jumlah serta kurangnya amunisi, membuat kelompok Rumkorem pun terpukul mundur.

Tan bercerita bahwa, pada tahun 1982 Rumkorem menyeberang ke Vanuatu untuk mendapatkan bantuan senjata. Namun, tak dinanya, sebuah plot telah diatur oleh tentara Indonesia, untuk menjebaknya. Karena, setibanya di sana, tidak ada sepucuk pun senjata yang telah disediakan.

Melihat kondisi yang kian mengkhawatirkan, Tan kemudian melobi dan mengatur suaka untuk Rumkorem, di Yunani. Dari Yunani, Rumkorem kemudian berpindah ke Belanda, dan melakukan diplomasi untuk kemerdekaan Papua Barat, hingga kepergiannya di tahun 2010.

Sebuah keluarga pengungsi Papua Barat berduka di makam Seth Jafeth Rumkorem di Den Haag.
Makam Seth Jafeth Rumkorem di Den Haag. Sumber: https://www.rnz.co.nz/

Tan Seng yang hingga akhir hayatnya masih terus melakukan lobi dan diplomasi untuk Papua Barat, kerap diawasi oleh atase Indonesia. Ceritanya, pada tahun 2020, ada seorang atase militer konsulat Indonesia di Den Haag, yang mengunjunginya dan meminta daftar nama pejuang Papua merdeka yang tinggal di Den Haag, Belanda. “Namun tentu saja, saya menolaknya dengan membanting pintu,” ujar Tan sembari tertawa, seperti dilansir dari https://www.rnz.co.nz/.

Kini, pejuang itu telah pergi untuk selamanya. Mungkin tidak banyak anak muda Papua yang kenal dan mengetahui tentang Ongko Tan. Ciri fisik yang berbeda, namun beliau selalu menganggap dirinya sebagai orang Melanesia – Papua sejati.

Sumber:
https://www.rnz.co.nz/international/pacific-news/417729/the-chinese-mechanic-who-secretly-led-a-40-year-melanesian-revolution

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments