HomeKabar BintuniPadam di Sumber Energi Listrik

Padam di Sumber Energi Listrik

Listrik Padam di Jakarta dan Sekitarnya, PLN: Karena Hujan Deras dan Petir
Ilustrasi lampu padam. Sumber: Megapolitan kompas.com

“Ade, ko tau yang paling berkuasa di Teluk Bintuni, ini sapa? Bukan Bupati, bukan tuan takur. Tapi PLN,” ujar Oom Bertus sambil berkelakar ketika kita sedang melakukan perjalanan ditemani kegelapan malam akibat pemadaman bergilir yang sudah menyentuh hari ketiga.

“Pace mereka ini mo bupati ka, mo gubernur ka, mereka dorang tara mo tau, kalo kasi gelap, kasi gelap,” lanjutnya. Kami tertawa, tertawa akan kondisi sosial. Hal seperti ini lazim didengungkan, sindiran itu dinarasikan dengan guyonan-guyonan yang menggelitik.

Kalimat-kalimat satir itu sebenarnya merupakan ironi, mengingat kondisi geografis serta potensi sumber daya alam yang begitu besar di Teluk Bintuni. Apalagi ada sebuah industri mega proyek konsesi gas alam yang begitu besar di Tanah Merah dan Babo, Teluk Bintuni.

Liquified Natural Gas (LNG) Tangguh yang dioperasikan oleh British Petroleum (BP) memegang konsesi sebesar 21 triliun hak eksploitasi Sumber Gas Alam yang berada di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Negeri Sisar Matiti ini, kaya akan gas alam yang menjadi sumber energi untuk beberapa pembangkit tenaga listrik di Indonesia.

Ironisnya, daerah industri ini justru menjadi daerah yang sering mengalami pemadaman lampu. Ini yang membuat mayoritas warga Teluk Bintuni mempunyai genset di rumahnya sebagai upaya untuk bisa tetap melakukan aktivitas ringan agar tak hilang produktivitas rumah tangga.

Hal ini juga pernah diungkapkan oleh Wakil Gubernur Papua Barat, Muhammad Lakatoni seperti yang dilansir dari Kumparan.

“Gasnya tiap tahun keluar berton-ton yang digunakan untuk kemudian menyalakan listrik bagi negara-negara di dunia. Tapi listrik Bintuni belum maksimal yang bisa dimanfaatkan dengan sumber gas di sini,” ujarnya dalam Webinar Bintuni Energy Forum, Senin (28/12/2020) lalu.

Menurutnya, kondisi ini merupakan sebuah ironi. Ia berharap pemerintah pusat lebih memperhatikan kebijakan-kebijakannya, agar Teluk Bintuni bisa lebih maksimal dalam memanfaatkan energi yang seharusnya bisa menjadi prioritas.

“Kami Kasi Menyala Mereka di Jakarta Sedangkan Tong Tiap Hari Mati Lampu Trus”

Ketika Jakarta padam selama dua hari paska Pilpres 2019, puluhan ribu kalimat kutukan beredar di media sosial. Jakarta menggugat! Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, sekejap mendatangi kantor pusat PLN. Segenap direksi serta komisaris dimintakan pertanggung jawaban. Ibu kota gelap, ekonomi terpasak, masyarakat gerah.

“Kami di Bintuni tertawa sampe perut sakit. Coba kam datang ke Bintuni baru kam rasa bagemana hidup di kawasan industri baru lampu mati. Kami punya barang kasi menyala kamorang pung listrik, baru kami punya mati. (Kami di Teluk Bintuni tertawa, coba kalian datang ke Bintuni baru merasakan hidup di kawasan industri dengan kondisi mati lampu. Listrik kalian kami yang nyalakan, terus kami hidup dengan mati lampu),” imbuh Oom Bertus.

Beberapa tahun terakhir, kondisi pemadaman listrik di Teluk Bintuni sebenarnya sudah sangat membaik. Pemadaman listrik hanya berlangsung sekitar 15-20 menit. Pemadaman bergilir pun sudah sangat jarang terjadi. Menurut Oom Bertus, kondisi ini beriringan dengan masifnya pemerintah daerah dalam membangun infrastruktur, untuk menyambut investasi.

“Oh ade, ini sudah bagus sekali. Dulu kami itu listrik menyala cuma kalau malam, kalau sekali padam itu bisa sampe dua-tiga hari baru menyala. Itulah kenapa kau liat kebanyakan rumah di sini hampir semua menyediakan genset. Sekarang kalau padam itu paling lama itu setengah jam, bagus lah perkembangan kota ini. Apalagi banyak investasi yang akan mau masuk. Perkembangan ini saya liat sangat peogresif,” imbuh Oom Bertus.

Pemadaman bergilir itu kini dimaklumi oleh masyarakat. Meski kadang menjengkelkan, ibu rumah tangga mengomel karena kelancaran air tergantung dari listrik yang memompa sumber. Anak-anak remaja yang tak bisa mengisi daya baterai. Tapi pemadaman itu dimaklumi. Mungkin ke depannya, daerah industri bisa lebih mendapat perhatian pemerintah pusat dan PT PLN Persero sebagai stake holder.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments