Di tengah dinamika politik yang semakin panas, sering kali kita melihat upaya pihak-pihak tertentu dalam menyebarkan isu yang tidak benar untuk menjatuhkan lawan politik. Salah satu contoh terbaru adalah tuduhan bahwa tim pasangan calon ARUS (Abdul Faris Umlati dan Petrus Kasihiw) belum memenuhi kewajiban dalam pembayaran penggunaan mobil bagi pendukung kampanye. Tuduhan ini tak berdasar dan bertentangan dengan kenyataan. Kami merasa perlu meluruskan informasi ini agar tidak terjadi kesalahpahaman yang merugikan pihak mana pun.
Dalam dunia politik, terutama ketika kontestasi semakin sengit, penggunaan strategi propaganda negatif atau yang biasa disebut sebagai “kampanye hitam” sering kali muncul. Menurut teori komunikasi politik, propaganda adalah upaya mempengaruhi opini publik dengan cara tertentu, biasanya dengan memanipulasi fakta atau bahkan menciptakan kebohongan (Lasswell, 1927). Propaganda seperti ini seringkali menggunakan simbol atau narasi tertentu untuk membangun citra negatif lawan politik di mata masyarakat (Jowett & O’Donnell, 2012).
Isu yang dilontarkan terkait pembayaran mobil dalam kampanye pasangan ARUS merupakan contoh yang jelas dari kampanye hitam. Faktanya, seluruh kewajiban keuangan terkait dukungan logistik telah dilaksanakan sesuai perjanjian. Tuduhan tersebut sengaja dibuat untuk merusak reputasi pasangan ARUS, padahal kebenarannya jauh dari apa yang dituduhkan. Upaya semacam ini bertujuan untuk menciptakan keraguan di kalangan masyarakat dan mengaburkan kinerja positif yang telah diupayakan oleh pasangan ARUS. Ansolabehere dan Iyengar (1995) dalam penelitian mereka menyebutkan bahwa kampanye negatif tak hanya menurunkan citra calon yang difitnah, tetapi juga sering kali menciptakan efek buruk bagi calon yang melontarkan fitnah tersebut.
Penggunaan strategi kampanye hitam seperti ini sangat tidak etis dan mencerminkan kualitas yang tidak profesional. Masyarakat Papua Barat Daya layak mendapatkan pemimpin yang fokus pada program kerja dan kemajuan daerah, bukan sekadar yang sibuk memainkan narasi negatif tanpa bukti. Politik seharusnya menjadi medan untuk beradu gagasan dan ide, bukan untuk saling menjatuhkan melalui berita bohong atau fitnah. Fridkin dan Kenney (2004) dalam jurnal American Politics Research menemukan bahwa pesan-pesan negatif seperti ini dapat menurunkan tingkat partisipasi pemilih karena hilangnya kepercayaan terhadap proses politik.
Sebagai bagian dari upaya kami untuk meluruskan fakta, pasangan ARUS ingin mengajak masyarakat agar tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu yang tidak diverifikasi. Di era digital, ketika informasi dapat tersebar dengan cepat, kita semua harus lebih bijak dalam menyaring berita yang beredar. Masyarakat seharusnya memverifikasi setiap informasi yang diterima dan tidak langsung mempercayai berita yang disebarkan tanpa klarifikasi.
Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga integritas demokrasi dan memastikan bahwa kampanye berjalan secara sehat dan bermartabat. Pasangan ARUS berkomitmen untuk terus menyampaikan visi, misi, dan program kerja yang konkret dan relevan bagi kemajuan Teluk Bintuni. Kami percaya bahwa masyarakat yang cerdas akan mampu memilah mana isu yang berbasis fakta dan mana yang hanya sebatas fitnah untuk menjatuhkan calon tertentu.
Menurut Lau dan Rovner (2009) dalam ulasan mereka di Annual Review of Political Science, kampanye negatif memiliki dampak yang dapat memperkuat persepsi negatif dan merusak integritas demokrasi jika tidak dikontrol dengan baik. Hal ini juga dijelaskan lebih lanjut oleh Fridkin dan Kenney (2004) yang menyatakan bahwa efek jangka panjang dari kampanye negatif dapat mengurangi minat publik untuk terlibat dalam proses politik secara aktif, sehingga merugikan demokrasi secara keseluruhan.
Mari kita buktikan bahwa kita bisa menyukseskan pemilihan ini dengan cara-cara yang positif, sehat, dan bermartabat. Pasangan ARUS dan seluruh timnya berkomitmen untuk terus berjuang demi kesejahteraan masyarakat, terlepas dari upaya-upaya negatif yang datang dari pihak lain. Kami percaya bahwa kejujuran dan kerja keras akan selalu menang di hati rakyat.
Jangan biarkan politik hitam merusak tujuan kita yang sebenarnya, yaitu membangun Papua Barat Daya yang lebih baik untuk semua.
Tim Riset dan Media ARUS*
Catatan Kaki
- Ansolabehere, S., & Iyengar, S. (1995). Going Negative: How Political Advertisements Shrink and Polarize the Electorate. New York: Free Press.
- Jowett, G. S., & O’Donnell, V. (2012). Propaganda & Persuasion (5th ed.). Thousand Oaks, CA: SAGE Publications.
- Lasswell, H. D. (1927). The Theory of Political Propaganda. The American Political Science Review, 21(3), 627-631.
- Fridkin, K. L., & Kenney, P. J. (2004). Do Negative Messages Work? The Impact of Negativity on Voter Turnout and Candidate Preference. American Politics Research, 32(5), 570-605.
- Lau, R. R., & Rovner, I. B. (2009). Negative Campaigning. Annual Review of Political Science, 12(1), 285-306.