Sorong, BUR – Wali Kota Sorong, Lamberthus Jitmau mengungkap bahwa penyebaran Covid-19 di Kota Sorong masih bisa dikendalikan, oleh karenanya, beliau tidak akan melakukan karantina wilayah secara ekstrem.
Hal ini diungkap Lambert melalui sambungan telepon pada (02/07). Wali Kota sekaligus Ketua DPP Golkar Papua Barat ini, mengatakan bahwa Kota Sorong sudah siap dengan fasilitas kesehatan yang memadai, diiringi dengan tenaga kesehatan yang cukup sebagai bagian dari upaya pengendalian pandemi di Kota Sorong, Papua Barat.
“Rumah sakit di Kota Sorong ini ada 7, dokter pemerintah ada 49, ditambah dengan dokter swasta, maka total dokter di Kota Sorong ini ada hampir seratus. Kami sudah siapkan segala infrastruktur untuk menghadapi yang terburuk,” ungkap Lambert.
Politisi alumnus Fisip Universitas Pasundan ini mengungkap bahwa tingkat kesembuhan di Kota Sorong sudah mencapai angka 98,4%. Keberhasilan ini merupakan hasil dari kesigapan dan keseriusan pemerintah daerah dan jajarannya beserta satgas Covid-19 dalam merawat mereka yang terdampak.
“Mereka yang terinfeksi, akan kami rawat dengan betul, kami kasih makan dengan gizi yang cukup. Itu kunci dari keberhasilan Kota Sorong, sampai tingkat kesembuhan di Kota ini mencapai angka 98,4%. Untuk itu kami juga sangat berterima kasih kepada para Nakes dan Jajaran Satgas yang sungguh-sungguh berdedikasi dan berkomitmen dalam menjalankan tugas mereka,” ujarnya.
Membatasi Akses Masuk, Namun Tak Karantina Total
Mengenai wacana karantina wilayah secara total sebagai bagian dari upaya penanggulangan, jikala pandemi kian merisak, Lambert telah merencanakan untuk melakukan pembatasan-pembatasan strategis tanpa harus mempengaruhi kegiatan perekonomian di Kota Sorong secara ekstrem.
“Saya tidak akan karantina wilayah secara penuh, atau istilahnya lockdown itu. Kalau Pulau Jawa – Bali, ya jelas. Di sana padat penduduk dan mobilitas mereka tinggi. Jadi harus dikarantina, karena bisa bawa itu virus ke daerah lain. Tapi kalau Sorong betul-betul saya tutup, ini orang-orang mau makan apa? Kasihan mereka yang dari Sorong Raya mau makan apa? Mereka cari makan dan minum di sini. Tapi akan ada pembatasan pada akses masuk ke Kota Sorong yang akan saya terapkan secara tegas selama paling lama tiga bulan” jelas Lambert.
Adapun pembatasan akses masuk ke Kota Sorong yang akan diterapkan adalah:
Untuk penerbangan:
1. Penerbangan dari dan ke Kota Sorong akan dibatasi sebanyak satu kali penerbangan saja.
2. Hanya dua maskapai yang diizinkan melakukan operasi di Bandar Udara Dominique Edward Osok.
3. Penerbangan tidak diperbolehkan melayani rute dengan zona merah seperti Makassar.
4. Hanya yang ber-KTP Papua Barat yang diperbolehkan masuk ke Kota Sorong.
5. Pesawat udara hanya boleh mengangkut maksimal 60 penumpang dalam satu penerbangan.
Untuk pelayaran:
Seluruh pelayaran hanya boleh mengangkut penumpang dari Kota Sorong, dan tidak diperbolehkan menurunkan penumpang di Kota Sorong.
Kapal yang sandar hanya boleh menurunkan logistik di Kota Sorong.
Masyarakat Kota Sorong Tak Pernah Abai
Lambert menambahkan bahwa keberhasilan pemerintah kota dan jajarannya dalam mengendalikan pandemi di Kota Sorong adalah tidak lepas dari peranan masyarakat juga.
“Jadi wacana Lockdown atau karantina wilayah itu pada Maret tahun 2020 sudah saya lakukan, dan Kota Sorong adalah kota yang pertama kali melakukan karantina. Akses semua saya tutup. Alhasil, masyarakat sekarang patuh. Protokol kesehatan kami tidak pernah kendor, dan saya berharap masyarakat jangan sampai mengendorkan protokol, karena kita mau tidak mau juga harus bersiap untuk menghadapi gelombang kedua ini,” pungkasnya dalam memberikan imbauan kepada masyarakat.