HomeKabar BintuniKetahanan Pangan Ala Masyarakat Adat Sorong

Ketahanan Pangan Ala Masyarakat Adat Sorong

Ilustrasi hasil laut masyarakat Sorong. Foto: pixabay

Masyarakat ada di Malaumkarta, Distrik Makbon, Kabupaten Sorong, Papua Barat, punya cara sendiri untuk memanfaat hasil alamnya. Menggunakan kearifan lokal dan tanpa teknologi modern, mereka menerapkan pemanfaatan alam berkelanjutan.

“Di kawasan kami, ada larangan terhadap sistem penangkapan. Kami batasi hanya menangkap dengan cara tradisional,” jelas Ketua Perkumpulan Generasi Muda Malaumkarta, Torianus Kalami, mengutip Antara.

Dalam bahasa lokal, larangan pemanfaatan sumber daya tertentu demi menjaga kelestarian lingkungan disebut dengan egeg. Tak hanya itu, masyarakat Malaumkarta telah mengetahui secara umum untuk tidak menggunakan sistem pengumpulan makanan yang merusak.

Misalnya, dalam penangkapan hasil laut, masyarakat dilarang menggunakan alat atau metode yang merusak. 

“Ada udang, lobster, teripang, kami ambil secara tradisional. Kami tidak menggunakan peralatan canggih,” imbuhnya.

Menariknya, pengetahuan ini diketahui oleh seluruh masyarakat adat. Mereka menerapkan pendidikan adat atau kambi, dalam Suku Moi, yang menjelaskan terkait pemanfaatan sumber daya alam berkelanjutan ini.

Saat ini, masyarakat adat Malaumkarta tengah memperjuangkan penerbitan regulasi untuk mengamankan wilayah mereka. Hal ini terwujud melalui Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2017 tentang pengakuan dan perlindungan masyarakat adat Suku Moi di Kabupaten Sorong.

Selain itu, Peraturan Bupati Sorong Nomor 7 tahun 2017 tentang hukum adat dan kearifan lokal dalam pengelolaan dan perlindungan sumber daya laut di Kampung Malaumkarta juga mengatur hal tersebut.

“Kenapa kami dorong ini? Karena ada suatu pandangan yang kami lihat bahwa kalau kita melakukan kampanye keselamatan hutan dan laut dengan intervensi dari luar, masyarakat adat akan susah mengikutinya,” jelas Torianus.

Suku Moi dan Harapan Ketahanan Pangan 

Kampung Malaumkarta adalah salah satu kampung yang dihuni oleh Suku Moi, yakni masyarakat adat yang masih kental dengan kearifan lokalnya. Pendidikan adat terus diajarkan turun temurun pada generasi muda mereka, termasuk egek.

Oleh guru-guru adat yang disebut untalan dan tulkama, kearifan lokal diajarkan kepada murid adat yang disebut uliwi. Sistem pendidikannya pun masih sangat tradisional. Para untalan dan tulkama membawa uliwi langsung untuk berinteraksi dengan alam.

Mereka diajarkan berbagai pengetahuan tentang alam, hukum adat, hingga tata pemerintahan adat. Hal ini penting dalam menjaga kehidupan sosial masyarakat adat Suku Moi. Termasuk, ketika ada dari mereka yang melanggar aturan adat tersebut.

Salah satu kearifan Suku Moi yang terkenal adalah egeg, atau pelarangan pemanfaatan sumber daya alam pada wilayah tertentu. Pelaksanaan tradisi ini diawali dengan pembentukan organisasi adat yang disusun oleh tokoh dan aturan adat.

Kemudian, mereka akan melakukan rapat untuk menentukan wilayah yang akan diterapkan egeg, biasanya berjarak sekitar 3 mil dari garis pantai. Tak hanya pantai, hutan pun juga menjadi wilayah egeg.

Hasil dari rapat tersebut kemudian disosialisasikan kepada masyarakat. Sosialisasi mencakup tahapan proses egeg, mulai dari proses penetapan, yakni 1 minggu sebelum egeg hingga pelaksanaan egeg.

Penetapan egeg kerap disebut dengan prosesi tutup egeg. Proses tersebut dimulai dengan upacara adat oleh para tetua adat dan pidato ucapan syukur kepada Tuhan dan leluhur. Kemudian, tetua adat memasang tanda larangan berupa palang berbentuk X yang diikat dengan daun dan kain berwarna.

Mengutip laman situs Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI, September 2016 lalu Suku Moi bekerjasama dengan Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan laut (PSPL) Sorong dalam melakukan konservasi biota laut, yakni penyu dan dugong.

Masyarakat Suku Moi berharap, budaya mereka dapat menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat lain. Bahkan, mereka berharap agar komunitas lain dapat menirunya.

“Kami berharap dari kerja kami yang di Malaumkarta itu bisa berdampak ke kampung-kampung yang secara budaya mereka memiliki pengetahuan dan budaya yang sama, yakni egeg,” pungkas Torianus.

Sumber:
Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan laut. 2019. Yegek, Sebuah Kearifan Lokal Suku Moi. Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.

Violeta, Prisca Triferna. 2021. Masyarakat Adat Malaumkarta di Sorong Jaga Alam dengan Kearifan Lokal. Antara edisi 16 Februari 2021.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments