HomeKabar BintuniApa Itu Kemiskinan Ekstrem?

Apa Itu Kemiskinan Ekstrem?

Ilustrasi kemiskinan. Foto: Pixabay

Topik kemiskinan kian hangat akhir-akhir ini. Pandemi yang tidak kunjung usai dan pembatasan gerak masyarakat membuat masyarakat kesulitan dalam mencari penghidupan. Angka garis kemiksinan pun naik dalam 1 tahun terakhir.

Dalam waktu satu tahun, yakni dari Februari 2020 hingga Februari 2021, angka pengangguran di Indonesia meningkat, khususnya di Jawa. Pada usia 20 hingga 24, angka pengangguran meningkat 3,36 persen menjadi 17,66 persen yang sebelumnya 14,3 persen.

Pada usia 25 hingga 29 tahun, peningkatan pengangguran bertambah 2,26 persen dari 3,26 persen menjadi 4,94 persen. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono, menyebut pengangguran usia muda ini cukup tinggi.

Hal ini juga berpengaruh pada kemiskinan ekstrem di Indonesia. Margo menyebut bahwa tingkat kemiskinan ekstrem di Indonesia diperkirakan meningkat sebesar 3,8 persen pada tahun 2020 menjadi 4 persen pada tahun 2020.

Lantas, apa itu kemiskinan ekstrem?

Dalam definisi Bank Dunia atau The World Bank, kemiskinan ekstrem diukur dari kehidupan masyarakat yang kurang dari 1,9 US Dolar sehari. Menurut Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) kemiskinan ekstrem mengacu pada pendapatan atau kebutuhan dasar.

Kemiskinan ekstrem dapat diartikan sebagai kelangkaan memperoleh kebutuhan dasar manusia seperti makanan, air bersih, kebersihan, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal dan informasi.

Bank Dunia berencana untuk mengurangi kemiskinan ini di angka 3 persen pada tahun 2030 mendatang. Kendati demikian, hal ini perlu menjadi pemerintah lantaran angka kemiskinan ekstem Indonesia yang diperkirakan naik.

Padahal, pada periode tahun 2000 hingga 2015 Indonesia termasuk 15 negara dunia yang berhasil memerangi kemiskinan ekstrem. Indonesia berhasil menekan angka kemiskinan ekstrem menjadi 2,1 persen.

Kenapa Angka Garis Kemiskinan Terus Naik?

Jika diperhatikan setiap tahun, angka garis kemiskinan begitu dinamis. Bahkan, cenderung meningkat. Dari tahun 2011 hingga 2018 misalnya, angka garis kemiskinan naik dari 253.106 menjadi 415.614 untuk daerah perkotaan.

Untuk daerah pedesaan, garis kemiskinan naik dari 213.395 menjadi 383.908. Lantas, mengapa terjadi peningkatan pada garis kemiskinan?

Mengutip Ravallion dari tirto, pengukuran garis kemiskinan adalah suatu hal yang sulit dan cenderung kontroversial. Saat ini, BPS mengukur kemiskinan dengan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Modul Konsumsi dan Pengeluaran sebagai sumbernya.

Cara penghitungannya adalah dengan mengukur biaya untuk memperoleh makanana dengan nutrisi cukup, pakaian, dan tempat berlindung. Permasalahannya, BPS menghitungnya dengan pendekatan agregat yang mana menyamakan seluruh wilayah dengan ukuran tertentu.

Lantas, mengapa angka garis kemiskinan dinamis? Hal ini karena garis kemiskinan dihitung berdasarkan Garis Kemiskinan periode sebelumnya yang disesuaikan dengan inflasi umum (IHK).

Artinya, garis kemiskinan akan cenderung naik mengikuti inflasi yang ada di Indonesia. 

 

Sumber:

Fauzia Mutia. 2021. Turunkan Tingkat Kemiskinan Ekstrem Jadi 0 Persen, Pemerintah Bakal Rombak Sistem Bansos. Kompas edisi 21 Januari 2021.

Kurniawan Frendy. 2018. Mengapa Penetapan Angka Kemiskinan Selalu Jadi Kontroversi? Tirto edisi 2 Agustsu 2018.

Purnomo, Herdaru. 2019. Top Pak Jokowi! Perangi Kemiskinan Ekstrem, RI Masuk 15 Besar. CNBC edisi 19 Novermber 2019.

Putri, Cantika Adinda. 2021. BPS: Banyak Anak Muda Nganggur & Kemiskinan Ekstrem di Jawa. CNBC Indonesia edisi 30 Agustus 2021.

 

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments