Hujan deras yang mengguyur Kota Sorong menyebabkan banjir di daerah tersebut. Pada Sabtu 11 September kemarin, banjir merendam hingga ratusan rumah warga dan menggenangi sejumlah ruas jalan di KKotaota Sorong.
Berkenaan dengan kejadian ini, terdapat beberapa alasan dan penyebab dari banjir di Kota Sorong. Pertama, berkaitan dengan cuaca ekstrem. Berdasarkan analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Indonesia sudah memasuki musim hujan.
Menurut BMKG, curah hujan pada dasarian I September 2021, sebanyak 3,22 persen. Pihak BMKG turut menyampaikan bahwa peluang hujan cukup tinggi, yakni 70 persen. Oleh karenanya, masyarakat diminta waspada atas imbauan tersebut.
Kendati demikian, musim hujan bukanlah satu-satunya alasan penyebab kasus banjir di Sorong. Misalnya, Kepala Perwakilan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Deo Sorong, Anang Ahmad Khairin Nur, menyebut ada fenomena cuaca baru yang menyebabkan hujan.
“Dari data yang dianalisis terdapat kesimpulan bahwa adanya fenomena cuaca baru,” ujar Anang, mengutip tribun, Minggu (12/09/2021).
“Tercatat di penakar hujan di Stamet Deo Sorong, sebesar 105.2 mm. Dan penakar hujan Stageof Sorong, sebesar 105.0,” sambungnya.
Anang melanjutkan bahwa data tersebut menjelaskan intensitas hujan di Sorong masuk dalam kategori sedang hingga lebat. Cuaca ini akan berlangsung selama beberapa hari ke depan sejak hujan hari Sabtu.
Bahkan, Anang menyebut bahwa hujan dengan intensitas tersebut berpotensi menyebabkan banjir dan tanah longsor.
“Intensitas hujan sedang hingga lebat berpotensi mengakibatkan banjir dan tanah longsor,” imbuhnya.
BMKG juga mengimbau pada sebagian daerah terkait curah hujan yang tinggi. Beberapa wilayah yang masuk dalam kategori awas antara lain Papua Barat (Kaimana), Papua (Asmat, Boven Digoel, Mimika, Nduga, Pegunungan Bintang, Yahukimo).
Bukan Cuma Cuaca, namun Infrastruktur juga Jadi Penyebab Banjir
Kepala Dinas PUPR Papua Barat, Ir Heri GN Saflembolo ST MT, mengatakan bahwa permasalahan banjir di Kota Sorong bersumber dari rusaknya daerah resapan air di daerah Kelurahan Matalamagi, Distrik Malaimsimsa, Kota Sorong.
“Benahi daerah hulu yang jadi daerah resapan air. Kondisi riil di sana gundul akibat aktivitas masyarakat lakukan galian C. Begitu juga DAS (daerah aliran sungai),” paparnya.
Berdasarkan pengamatan pihaknya, telah terjadi erosi yang menyebabkan mendangkalnya drainase dan hilangnya daerah resapan air. Akibatnya, air tidak dapat mengalir di sungai. Heri meminta agar aktivitas galian C dihentikan atau dievaluasi demi penyelesaian masalah banjir.
Selain itu, Heri juga meminta agar dilakukan reboisasi pada daerah hulu sebagai sumber permasalahan utama banjir di kota Sorong.
“Perlu reboisasi. Saran kami, khusus tempat galian C untuk sementara dihentikan, ditutup, atau dievaluasi. Kalau hulu tidak diatasi, pasti hilir akan banjir,” jelas Heri.
Sumber:
Billiocta, Ya’cob. 2021. Ratusan Rumah di Kota Sorong Papua Barat Terendam Banjir. Merdeka edisi 11 September 2021.
Raharusun, Safwan Ashari. 2021. BMKG Sorong dapat Fenomena Cuaca Baru, Masyarakat Diminta Waspada. Tribun-Papua edisi 13 September 2021.
Redaksi Papua Kini. 2021. Banjir Kota Sorong Tak Akan Pernah Tuntas jika Hulu Tak Dibenahi. Papua Kini edisi 15 September 2021.