HomeKabar BintuniTeknologi BBM jadi Gas di Sorong, Listrik Bisa Lebih Murah

Teknologi BBM jadi Gas di Sorong, Listrik Bisa Lebih Murah

Ilustrasi gas. foto: pixabay

PT Malamoi Olom Wobok (MOW) Kabupaten Sorong, Papua Barat, mengklaim bahwa perusahaannya adalah yang pertama menggunakan gas dari HSD (High Speed Diesel). Secara sederhana, Sorong adalah yang pertama mampu mengkonversi BBM menjadi gas.

Dari 56 Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PTLMG) di seluruh Indonesia, Kabupaten Sorong adalah yang pertama mampu menerapkan teknologi tersebut. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama PT Malamoi Olom Wobok (MOW) Kabupaten Sorong, Gabriel Simanjuntak.

“Di mana, ada sekitar 56 titik PLTMG yang tersebar di seluruh Indonesia, kita di Kabupaten Sorong, Papua Barat adalah yang pertama,” ujar Gabriel Simanjuntak, mengutip infopublik.

Ada dua hal yang perlu disoroti dari kemajuan ini. Pertama, Sorong melalui PT MOW berhasil melakukan implementasi Kepmen ESDM Nomor 13 Tahun 2020 tentang  Penugasan Pelaksanaan Penyediaan Pasokan dan Pembangunan Infrastruktur Liquified Natural Gas (LNG).

Kedua, mengenai kemampuan Konversi Penggunaan Bahan Bakar Minyak dengan Liquefied Natural Gas (LNG) Dalam Penyediaan Tenaga Listrik. Lalu, apa efeknya bagi masyarakat?

Pertama, PLN Sorong dapat ditekan dari Rp1.887 per kWh menjadi Rp1.368 per kWh. Kedua, harga gas di Sorong bisa turun sampai ke Rp 160.000 per tabung dari harga Rp 265.000 hingga Rp 280.000 per tabung.

Turunnya harga gas juga didorong oleh pembangunan tasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE). Kehadiran SPPBE memungkinkan untuk melakukan bottling (kemasan tabung) mandiri sehingga tidak harus lagi dikirim dari luar.

Selama ini, gas dari Sorong harus dikirim ke luar untuk proses bottling. Hal ini yang membuat harga gas elpiji mahal karena harus bolak-balik keluar pulau. SPPBE ini merupakan kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Sorong, PT Pertamina Patra Niaga, dan Perusahaan Daerah PT Malamoi Olom Wobok.

Sekilas Perjalanan Gasifikasi PLTMG Sorong

Konsep gasifikasi adalah upaya untuk mewujudkan energi listrik yang berasal dari gas. Masuknya PT WOK ke Papua Barat, khususnya Sorong, merupakan awal mulai dari proses gasifikasi tersebut.

Pada tahun 2020, PT Malamoi Olom Wobok sebagai BUMD Kabupaten Sorong dan PT Perta Daya Gas sebagai Perusahaan terafiliasi BUMN memulai kerjasamanya dalam penandatanganan kerjasama sewa-menyewa lahan dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong.

Kolaborasi kedua perusahaan tersebut bertujuan untuk merealisasikan pekerjaan gasifikasi PLTMG Sorong, dimana proyek ini adalah salah satu dari 52 pembangkit yg diamanatkan dalam Keputusan Menteri Nomor 13 tahun 2020.

Selang satu tahun, pembangunan infrastruktur di Sorong cukup pesat. Terdapat pipa gas sepanjang 3,7 km dari lokasi Metering & Regulating Station (MRS) milik PT Malamoi Olom Wobok (MOW) di area KEK Sorong hingga ke titik tie-in PLTMG Sorong.

Infrastruktur gas ini memiliki kapasitas 50 MW dalam rangka gasifikasi PLTMG Sorong. Awal tahun 2021 juga menjadi momen perdana pengaliran gas ke PLTMG Sorong. Dengan demikian, kehadiran PLTMG Sorong ini diharapkan mampu menjamin pasokan gas sebagai energi di Sorong.

 

Sumber:
MC Kab Sorong. 2021. Sorong:  Elpiji Tak Perlu Datang dari Luar Lagi. Infopublik edisi 24 Oktober 2021.

MC Kab Sorong. 2021. PT MOW Sorong Jadi Pioner Gunakan Gas dari HSD. Infopublik 24 Oktober 2021.

 

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments