HomeKabar BintuniSejarah Emas: Simbol Kekayaan dan Obsesi

Sejarah Emas: Simbol Kekayaan dan Obsesi

Emas sebagai simbol peradaban. Foto: Pixabay

Mengapa orang begitu menggandrungi emas? Mungkin itu pertanyaannya. Benda itu menjadi simbol kekayaan dan kemakmuran siapa yang memilikinya. Saking berharganya, tak sedikit dari mereka yang memperebutkan emas.

Bukan hanya wujudnya yang menawan, emas memiliki banyak manfaat. Misalnya, emas merupakan penghantar listrik yang baik, kuat, dan tak mudah rusak. Tak ayal, banyak teknologi saat ini yang memanfaatkan emas sebagai salah satu komponennya.

Nilai emas yang begitu tinggi sudah ada sejak dulu, bahkan sebelum masehi. Tidak ada catatan yang menjelaskan kapan pertama kali emas ditemukan. Beberapa catatan menyebutkan bahwa emas sudah digunakan sejak 40.000 tahun sebelum masehi.

Menurut Gold Price, Mesir adalah penakluk emas pertama di dunia. Pada zaman itu, emas belum memiliki nilai tukar yang tinggi seperti saat ini. Penambangan emas hanya didasari atas keinginan penguasa untuk menjadikannya komoditas.

Baru pada tahun 2600 sebelum masehi masyarakat Mesopotamia kuno mengolah emas menjadi perhiasan. Inilah awal mula emas mulai menjadi dekorasi di wilayah timur tengah. Berbeda dengan temuan dekorasi berbalur emas di Eropa Timur tahun 4000 sebelum masehi.

Tahun 560 sebelum masehi, koin emas mulai digunakan oleh Raja Croesus di di Lidya. Begitu juga kerajaan Romawi menggunakan koin emas pada tahun 50 sebelum masehi. Hingga pada tahun 1066 masehi, William the Conqueror of Normandy, raja Norman pertama Inggris, menggunakannya sebagai sistem keuangan Inggris.

Dunia mulai menerapkan standar emas pada abad ke 19, tepatnya tahun 1821. Standar emas adalah sebuah sistem moneter di mana nilai uang terkait langsung dengan nilai emas. Misalnya, 20 dolar sama dengan 1 ons emas. 

Kemudian, harga emas mulai ditetapkan per ons dan disesuaikan dengan mata uang di setiap negara untuk menyamakan bentuk transaksi di pasar internasional. Kala itu, 

pemerintah mulai mencetak uang kertas agar masyarakat tidak repot membawa emas saat melakukan transaksi. Inilah awal mula dari munculnya uang kertas.

Emas sebagai Simbol Obsesi

Mengapa banyak orang yang terobsesi dengan emas? Pertanyaan itu adalah pertanyaan umum yang menunjukkan betapa tingginya nilai emas. 

Yang menarik dari sejarah perjalanan emas menjadi alat tukar adalah daya tarik emas yang tak lekang oleh waktu. 

Bayangkan, dahulu penguasa Mesir menambang emas tanpa mengetahui manfaat dan nilainya. Bahkan, sebelum menjadi alat tukar emas digunakan sebagai dekorasi dan perhiasan. Ini yang menjadikannya tak hanya sebagai simbol kekayaan, namun juga simbol obsesi. Mengapa demikian?

Selain daya tarik, ilmuwan menyebutkan bahwa hal ini berkaitan dengan penggunaan emas pada masa lampau. Mulai dari penguasa mesir yang mengenakannya sebagai perhiasan hingga saat ini digunakan oleh para konglomerat.

Hal ini menunjukkan emas tak hanya bernilai sebagai alat tukar, namun juga simbol kekuasaan seseorang. Hal ini disampaikan oleh Jennifer Marshall, professor dari University of Minnesota.

“Mereka mewah, tapi tidak selalu berharga,” papar professor.

“Ini adalah kekayaan Amerika yang lebih mementingkan penampilan daripada nilai sebenarnya. Mereka tidak mengetahuinya pada saat itu. Tetapi melihat ke belakang, itu adalah zaman di mana kekayaan datang dengan cepat,” imbuhnya.

Jennifer merujuk pada tahun 1920 an di Amerika ketika emas menjadi gaya hidup. Gaya hidup ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Misalnya, peradaban Mesir kuno yang menggunakan emas sebagai perhiasan. 

“Jadi dalam hal emas, Anda melihat banyak gaya kebangkitan – Tudor, Cina, Mesir – di AS. Jika ini adalah pusat peradaban baru, lalu mengapa tidak gaya itu juga?” jelas Jennifer.

Pada era modern, yakni abad 20, emas pun masih memiliki nilai yang tinggi. Sebagaimana Jennifer menjelaskan, emas tak selalu berharga. Namun, emas selalu mewah. Ini yang menjadikannya memiliki nilai yang sangat tinggi dan tak sedikit orang yang rela melakukan apa saja demi memperolehnya.

Ketika Obsesi Emas Dibayar oleh Nyawa

Meski emas bukan lagi alat tukar utama, namun masih banyak yang mengincarnya sebagai komoditas dengan harga tinggi. Dengan kata lain, emas memiliki fungsi lain selain alat tukar, yakni komoditas. 

Eksploitasi adalah konsekuensi dari emas sebagai alat tukar dan sebagai komoditas. Dan, eksploitasi kerap mengorbankan lingkungan serta kehidupan masyarakat sekitarnya.

Begitu juga yang terjadi di Indonesia. Tak semua pihak senang dengan kehadiran tambang emas. Setidaknya, hal ini yang dipikirkan oleh koordinator Jaringan Tambang (JATAM) Merah Johansyah, mengutip bbc.

“Di mana ada tambang, di situ ada penderitaan warga. Di mana ada tambang, di situ ada kerusakan lingkungan, tidak akan bisa berdampingan,” ungkap Johan.

Menurutnya, masyarakat dan lingkungan kerap menjadi korban demi komoditas prioritas penunjang pemasukan negara–emas. 

Berdasarkan data dari JATAM, sekitar 44 persen daratan Indonesia telah diberikan untuk sekitar 8.588 izin usaha tambang. Jika dianalogikan, luas tersebut empat kali lipat dari luas Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

Kehadiran tambang emas tak hanya memberikan dampak kerusakan lingkungan, namun juga konflik sosial. Setidaknya, ada 45 kasus konflik tambang selama 2020. Jika dihitung sejak tahun 2014, terdapat 116 kasus konflik akibat tambang.

Terkait kasus tersebut, Dirjen Minerba, Ridwan Djamaluddin, meminta masyarakat untuk melihat kasus tambang dalam pandangan yang lebih luas. Pasalnya, emas memiliki sisi positif dalam kehidupan manusia.

“Tahu tidak, hampir semua barang yang kita pegang berasal dari tambang. Dari telepon, komputer, mobil, pesawat, dan lainnya. Jadi yang mengatakan tidak bisa [berdampingan], hemat saya mereka harus melihat secara utuh,” kata Ridwan.

“Terlalu naif jika kegiatan (pertambangan) tidak mengubah lingkungan hidup. Yang dipertahankan adalah fungsi ekologisnya, kalau misalnya bukit jadi rata selama fungsi ekologisnya tidak rusak, masalahnya apa di situ?” sambung Ridwan.

Menjadi polemik lama yang tak kunjung selesai. Antara kebutuhan hidup masyarakat dan perekonomian negara, di sana emas terkulai. Dan juga dari emas, semuanya bermulai.

Sumber:
Al Hikam, Herdi Alif. 2020. Mengenal Sejarah Emas, Si Logam Mulia yang Tak Pernah Redup. Detik edisi 6 Juli 2020.

Dowd, Brian. 2016. Gold: The Most Precious of Metals. Focus-economics edisi 26 April 2016.

Lumbanrau, Raja Eben. 2021. ‘Di mana ada tambang di situ ada penderitaan dan kerusakan lingkungan’, nelangsa warga dan alam di lingkar tambang. BBC edisi 7 Juni 2021.

McKenzie, Sheena. Tanpa Tahun. Enduring Appeal of Gold. CNN

Nurmayanti. 2017. Mengenal Sejarah Emas dari Masa ke Masa. Liputan6 edisi 19 Juni 2017.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments