HomeKabar BintuniSatu Tungku, Tiga Batu: Kearifan Yang Relevan Dengan Kenegaraan Modern

Satu Tungku, Tiga Batu: Kearifan Yang Relevan Dengan Kenegaraan Modern

Satu Tungku, Tiga Batu: Kearifan Yang Relevan Dengan Kenegaraan Modern – Sumber hukum di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa elemen: Adat istiadat dan agama. Indonesia yang menganut teori simbiotik, memandang agama dan adat istiadat sebagai dua entitas yang saling berhubungan dan memberikan keuntungan.

Kearifan-kearifan lokal yang menjadi bagian dari adat istiadat Nusantara menjadi elemen yang turut menyumbang pemikiran dalam tatanan hukum dan negara kita dalam ruang relasi yang interaktif dengan elemen agama. (Sumber: Teori Solvanisasi Hukum: Mempertemukan Kepentingan Agama dan Negara, Abdul Chair Ramadhan)

Kebinekaan Indonesia menjadi ragam yang saling memberi warna pada tiap elemen yang membentuk negara. Hal ini selaras dengan pemikiran John Locke yang menggambarkan kebebasan manusia mempunyai limitasi yang ditentukan oleh hukum alam, dan bisa diadopsi sebagai kearifan lokal yang dibentuk manusia awal dalam pengaruh alam dan lingkungan yang bersifat normatik.

Dipadukan dengan hukum agama, ketiga entitas ini menjadi satu sinergi yang memberikan limitasi dalam mengatur tatanan masyarakat pada batasan-batasan nilai masing-masing sebagai entitas dalam sumbangannya sebagai hukum positif yang harmonis.

Teori-teori ini sudah dikenal oleh masyarakat Teluk Bintuni, Papua Barat, sejak dahulu kala. Dalam adminstrasi kecil untuk mengatur anggota-anggota dan sub-sub suku, mereka mempunyai filosofi sebagai panduan untuk menjalani kehidupan bermasyarakat yang disebut Satu tungku, tiga batu.

Satu tungku, tiga batu adalah kearifan Teluk Bintuni yang dikemas dalam semiotika cantik. Tiga batu merupakan simbolisasi dari: agama, adat istiadat dan suku (nilai-nilai good governance/pemerintahan yang baik), sedangkan tungku merupakan simbol dari manusia dan perkembangannya.

Agama, adat istiadat dan pemerintah merupakan lingkaran konsentris yang menjadi satu kesatuan dan saling mendukung dalam membentuk karakter pembangunan manusianya. Disimbolkan sebagai satu sinergi yang berkaitan, dimana ketiadaan dari satu unsur akan menjadi ketimpangan yang akan merusak perkembangan manusia, dalam hal ini bisa dianalogikan sebagai tatanan masyarakat. Chaos, disimbolkan dengan tumpahnya isi tungku jika salah satu batu ditiadakan sehingga tungku akan kehilangan tumpuan.

Sinergi tiga entitas ini dipercaya akan membentuk tatanan masyarakat yang berjalan dengan harmonis, dimana hal ini merupakan dasar majunya suatu negara dengan masyarakat yang padat karya, inovatif yang mampu membentuk pemerintahan yang baik.

Fredi Nusa

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments