HomeKabar BintuniRagam Kearifan Masyarakat Adat Menghadapi Pandemi

Ragam Kearifan Masyarakat Adat Menghadapi Pandemi

Ilustrasi masyarakat adat. Foto: google

Masih ingatkan kabar masyarakat adat Baduy di Banten hampir tak tersentuh Covid-19? Ini membuktikan bahwa nilai dan budaya yang mereka anut memiliki kemampuan dalam menghadapi pandemi. Ada dua hal yang dapat digarisbawahi dari kasus ini. Pertama, kearifan menghadapi pandemi. Kedua, kepatuhan masyarkat adat terhadap nilai dan budaya mereka.

Contohnya, mengutip detik, masyarakat adat Baduy dikenal dengan masyarakat yang sangat patuh dengan Tetua adat. Ketika pandemi, seluruh warga baduy yang sedang bepergian diminta untuk pulang. Kemudian, masyarakat adat baduy menutup diri dari pihak luar.

Selain itu, terdapat ramuan dari tanaman herbal yang berkhasiat untuk menambah imunitas. Hal ini juga tidak terlepas dari kemampuan masyarakat adat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Misalnya, masyarakat adat Baduy dengan ladang mereka dan ramuan tradisional.

Namun, ada yang menarik dari kasus di atas. Kemampuan masyarakat adat menghadapi pandemi membuka pertanyaan: apakah pengetahuan tentang menghadapi pandemi telah ada sejak lama? Hal ini sudah terjawab dalam masyarakat Baduy.

Mengutip Cirebonraya, masyarakat adat Indonesia umumnya memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam menghadapi pandemi. Hal ini disampaikan dalam laporan Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek.

Selain Baduy, misalnya, masyarakat Punan Tubu di Kalimantan. Melansir dari laporan tersebut, mereka mengenal wabah sebagai kelapit, yang dicirikan dengan orang sehat yang hari ini, lalu sakit, dan besok bisa mati. Dalam rangka menghindari wabah tersebut, warga diajarkan segera menjauh ke dalam hutan dan tinggal terpisah dalam kelompok-kelompok kecil yang hanya terdiri dari keluarga inti.

Kemudian, sistem isolasi sudah diterapkan sejak lama oleh masyarakat Punan Tubu. Warga yang sakit akan ditinggalkan di satu tempat khusus yang telah diberikan tanda khusus. Hal serupa juga diterapkan oleh Orang Rimba di Bukit Dua Belas, Jambi.

Tradisi Besesandingon oleh Orang Rimba merupakan teknik mengasingkan diri ke dalam hutan. Selama masa Besesandingon ini, mereka melarang orang asing masuk. Inilah cara Orang Rimba menghindari wabah.

Selanjutnya, model serupa juga diterapkan oleh masyarakat adat Topo Uma di Sulawesi Tengah. Pengetahuan tentang menghadapi wabah penyakit sudah diterapkan lama oleh mereka. Mereka memiliki apa yang disebut sebagai Polompua, sejenis rumah kebun yang bisa jadi tempat mengasingkan diri sambil aktivitas untuk berkebun.

Masyarakat adat Boti di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, juga memiliki pola penganangan wabah yang serupa. Mirip seperti masyarakat Baduy, mereka menutup dari dari pihak luar dan menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker untuk warga.

 

Sumber:
Azizah, Khadijah Nur. 2021. Setahun Pandemi Nyaris Nol Kasus, Apa Rahasia Warga Baduy ‘Tangkal’ Corona? Detik edisi Jumat 15 Oktober 2021 

Garis, Akim. 2022. Masyarakat Adat dari Dulu Telah Mengenal Pandemi, Ini yang Dilakukan Mereka saat Menghadapi Covid-19. Pikiran Rakyat edisi 23 Februari 2022, 15:12 WIB

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments