Badar Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) melakukan rehabilitasi mangrove di elurahan Klamana, Distrik Sorong Timur, Kota Sorong, Papua Barat. Rencananya, rehabilitasi mangrove ini dilakukan pada lahan seluas 50 hektare.
“Penanaman mangrove di Klamana sudah berjalan 20 hektare, ini masih terus berlangsung September ini, kemungkinan 30 hektare lagi akan selesai dalam dua minggu ke depan,” ujar Werbete selaku Ketua Kelompok Masyarakat (Pokmas) Klamana mengutip kontan.
Rehabilitasi mangrove yang dilakukan oleh BRGM punya beragam tujuan dan manfaat bagi masyarakat sekitar.
Sebagaimana yang kita pahami, mangrove punya fungsi krusial dalam menghalau abrasi, gelombang besar air laut, atau bahkan bencana alam seperti tsunami. Namun, mangrove punya manfaat lainnya.
Keuntungan bagi negara, rehabilitasi mangrove merupakan salah satu program ekonomi hijau dan ekonomi biru yang mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Secara sederhana, ekonomi hijau adalah program untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi tanpa harus merusak alam.
Sedangkan untuk ekonomi biru merupakan program pemerintah untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat sekitar. Lantas, bagaimana mangrove dapat menguntungkan masyarakat sekitar dalam aspek ekonomi?
Mangrove merupakan rumah bagi beragam sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan. Salah satu bentuk pemanfaatan mangrove adalah budidaya biota air seperti kepiting dan udang dengan metode yang ramah lingkungan.
“Warga berharap ada bantuan dalam pelatihan peternakan sapi atau pertambakan, sehingga mereka mempunyai sumber penghasilan baru dan tidak lagi mengambil kayu mangrove,” Bonardo selaku Koordinator Lapangan dalam program padat karya di Papua Barat.
Program ini dibarengi dengan sosialisasi pemanfaatan lahan seperti peternakan dan perikanan agar tidak memanfaatkan mangrove dengan cara yang kurang tepat. Misalnya seperti mengambil kayu mangrove untuk dijual.
Bagaimana Mangrove Dapat Membantu Masyarakat di Tegah Pandemi?
Dalam rangka pemulihan perekonomian masyarakat, pemerintah juga memberikan upah bagi masyarakat yang turut mengelola rehabilitasi mangrove ini. Di Maibo Aimas kabupaten Sorong, Papua Barat, misalnya.
Kris, warga Maibo Aimas kabupaten Sorong, Papua Barat, mendapatkan upah sebesar 7.900.000 dalam program pelestarian mangrove tersebut. Hal ini diharapkan menjadi modal bagi masyarakat setempat untuk pemulihan ekonomi. Tidak hanya untuk jangka pendek, namun juga untuk jangka panjang.
Begitu pula yang terjadi di di Kelurahan Klamana, Distrik Sorong Timur, Kota Sorong, Papua Barat. Program ini sudah berjalan 20 hektare dan akan terus berlanjut 30 hektare lagi. Menurut Kepala Balai Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Remu Ransiki, Giri Suryanta, warga antusias menerima program tersebut.
Untuk kasus Klamana, Giri menyebut mangrove berpotensi menjadi pemasukan warga dari sektor wisata. Sehingga, pengelolaan mangrove secara baik dan terpadu tak hanya akan menjaga warga dari bencana alam, namun juga membantu perekonomian mereka.
“Kebetulan lokasinya juga berdekatan dengan area wisata, jadi ibarat gayung bersambutlah, mempercepat proses rehabilitasi mangrovenya sekaligus memberikan apa yang bisa disokong masyarakat dari sektor wisatanya,” papar Giri.
Program rehabilitasi mangrove ini dicanangkan untuk 9 Provinsi yang ada di Indonesia dengan target rehabilitasi mangrove pada 33.000 hektar lahan.
Sumber:
Redaksi Warta Ekonomi. 2021. Antusias, Warga Sorong Bergotong Royong Tanam 50 Hektare Mangrove. Warta Ekonomi edisi 19 September.
Kompas. 2021. Pengelolah Mangrove Di Sorong Diberikan Upah, Bantu Pemulihan Ekonomi. Kompas edisi 21 September 2021.