Raja Ampat, Papua Barat Daya — Pemerhati lingkungan sekaligus Ketua Umum DPP Komite Pemuda Pembangunan Indonesia Timur (KP2IT) yang juga mantan Bupati Teluk Bintuni, Dr. Ir. Petrus Kasihiw, MT., menyerukan agar pemerintah pusat, pemerintah provinsi Papua Barat Daya, dan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat lebih bijak dalam menentukan arah pembangunan di kawasan Raja Ampat. Ia menekankan pentingnya konsistensi terhadap status Raja Ampat sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan Geo Park Global yang telah diakui oleh UNESCO.
Menurut Petrus, kebijakan pembangunan di wilayah tersebut seharusnya berorientasi pada pelestarian lingkungan dan potensi pariwisata yang berkelanjutan, bukan pada eksploitasi sumber daya alam seperti pertambangan nikel yang justru berpotensi merusak ekosistem.
“Saya selaku pemerhati lingkungan lebih mengharapkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Papua Barat Daya, dan Pemda Raja Ampat lebih bijak dan fokus pada pembangunan yang sejalan dengan kebijakan nasional sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), serta tetap mempertahankan status sebagai Geo Park Global oleh UNESCO,” tegas Petrus.
Ia mengingatkan bahwa aktivitas pertambangan nikel yang saat ini mulai berjalan di beberapa titik di Raja Ampat harus segera ditinjau ulang. Jika perlu, menurutnya, kegiatan tambang tersebut harus dihentikan demi menjaga keanekaragaman hayati dan mencegah terjadinya kerusakan ekosistem.
“Kebijakan pertambangan nikel yang sudah berjalan sebaiknya ditinjau ulang dan bila perlu dihentikan, karena akan merusak keanekaragaman hayati yang merupakan satu mata rantai dari kesatuan ekosistem alam. Selain itu, potensi konflik horizontal di antara masyarakat adat juga sangat besar jika kebijakan ini terus dipaksakan,” ungkapnya.
Petrus juga menilai bahwa secara jangka panjang, sektor pariwisata memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar dan berkelanjutan dibandingkan dengan pertambangan. Menurutnya, pariwisata yang dikelola dengan baik dapat menjadi sumber penghidupan abadi bagi masyarakat lokal tanpa harus mengorbankan lingkungan.
“Manfaat dari sektor pariwisata bersifat jangka panjang bahkan abadi, sementara manfaat ekonomi dari tambang nikel hanya bersifat sementara. Jika kita memilih tambang, kita akan kehilangan nilai ekologis, budaya, dan keberlanjutan yang selama ini menjadi kekuatan utama Raja Ampat,” pungkasnya.
Pernyataan Petrus Kasihiw ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak untuk menempatkan kelestarian alam dan kepentingan jangka panjang masyarakat Raja Ampat di atas kepentingan sesaat yang ditawarkan oleh industri ekstraktif.