MANOKWARI – Pelaksanaan Peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat sedunia, tepatnya jatuh pada 09 Agustus 2021 yang sekaligus berbarengan dengan dilaksanakannya Konferensi Pemuda Adat Papua Wilayah III Doberay, merupakan semangat Pemuda Papua untuk terus berkarya dan bertransformasi dalam dinamika perubahan sosial, budaya, ekonomi, maupun politik dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di zaman modern menuju tantangan globalisasi 2040.
Pemuda Adat Papua adalah agent of change dari kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam konteks kehidupan modern masyarakat adat Papua, dibutuhkan kesiapan untuk menghadapi perubahan-perubahan sosial, ekonomi, politik dan budaya dari suatu peradaban umat manusia.
Pemuda Adat Papua harus mampu mengekspresikan dirinya dalam berbagai sektor kehidupan yang dinamis di zaman modern. Pemuda Adat Papua di masa lampau, hanya hidup dari berburu, meramu, dan berperang untuk bertahan dari ancaman yang datang dari luar.
Sekarang, masyarakat Adat Papua mengenal peradaban modern melalui masuknya peradaban asing. Infiltrasi ini masuk melalui pekabaran Injil agama Kristen di pertengahan abad 19, atau tepatnya setelah Injil Agama Kristen masuk di Pulau Mansinam pada tanggal 05 Februari 1855, yang dibawa oleh utusan Zendeling dari Jerman dan Belanda Yaitu Ottow dan Geisler.
Maka, secara bertahap masyarakat adat Papua yang dahulunya primitif, tidak mengenal baca tulis dan ilmu pengetahuan modern, memasuki zaman baru. Dari kehidupan primitif, feodal, modern menjadi masyarakat industri. Pemuda Adat Papua yang adalah tonggak harapan masa depan masyarakat adat Papua, sudah selayaknya membenahi dirinya dalam konteks perlindungan hak-hak dasar orang asli Papua.
Hadirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, merupakan hasil daripada pemikiran politik modern, yang lahir dari para pemuda Adat dari Sumatra, Sulawesi, Jawa, dan Ambon.
Mereka berpikir tentang sebuah bangsa yang besar, bersatu, dan hidup berdampingan. Utopia sejajar dan setara dengan segala suku bangsa lainnya di muka bumi. Itu karena mereka meletakkan dasar falsafah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mereka saling menghargai dan menghormati serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan Ketuhanan Yang Maha Esa, serta menjunjung keadilan sosial bagi seluruh umat manusia.
Berbicara mengenai konteks DAP atau Pemuda Adat Papua Wilayah III Doberay itu, sah dan wajar-wajar saja pada masa sekarang. DAP Wilayah III Doberay merasa penting untuk menegakkan peranan Pemuda Adat Papua Wilayah Doberay untuk mempertahankan eksistensi kearifan lokal suku-suku yang hidup dan berkembang di wilayah adatnya, di Provinsi Papua Barat.
Apa salahnya DAP Wilayah III Doberay memprakarsai pendirian organisasi Pemuda Adat Papua Doberay? Seperti yang dikomentari oleh Saudara Yan Christian Warinussy dalam pemberitaan media online, Bamburuncing News pada tanggal 03 Agustus 2021.
Di Wilayah Adat III Doberay ada berbagai ikatan pemuda dan mahasiswa dari berbagai suku di Provinsi Papua Barat. Ada ikatan pemuda Maluku, ada ikatan pemuda Sulawesi Selatan, ada ikatan pemuda Batak, ada ikatan pemuda Toraja, ada ikatan pemuda Jawa, ada Ikatan pemuda Yapen, Waropen, atau ikatan Mahasiswa dan Pegunungan Tengah, ada pula ikatan pemuda Tabi dan sebagainya. Ada berbagai kerukunan pemuda atau mahasiswa dari semua suku bangsa di Negara Indonesia semua ada di wilayah adat Doberay.
Kemudian, apa yang saudara Yan Christian Warinussy persoalkan? Saudara urus HAM saja, jangan intervensi otoritas DAP Wilayah III Doberay versi Alm.Barnabas Mandacan dan Alm. Jhon Warijo dimana sementara, saya adalah Pelaksana Tugas Ketua DAP Wilayah III Doberay.
TUHAN memberikan manusia masing-masing dengan talentanya untuk hidup dan berkembang menurut kemampuan kita masing-masing.Tidak perlu merasa sok paling super atau hebat dalam memperjuangkan nasib 275 suku bangsa Papua diatas tanah ini. Bukan Anda yang menentukan nasib 275 suku bangsa Papua mau dibawa kemana.
Nasib bangsa ini ditentukan oleh seluruh suku-suku bangsa yang mendiami negeri ini. Khusus untuk persoalan dualisme kepemimpinan DAP Wilayah III Doberay, saya pikir kita semua berjiwa besar dan harus bijaksana. DAP Wilayah III Doberay yang saya pimpin sekarang sedang melakukan konsolidasi menuju Musyawarah Besar Masyarakat Adat Papua Wilayah III Doberay yang rencananya akan dilaksanakan pada bulan September 2021.
Kami akan melakukan MUBES untuk memilih Ketua DAP Wilayah III Doberay versi Alm. Barnabas Mandacan dan Alm. Jhon Warijo yang sah, Ketua DAP Doberay yang akan dipilih dan memimpin Wilayah Adat Doberay adalah para pemimpin adat yang memiliki otoritas adat di wilayah adatnya masing-masing.
Saya kira jelas disitu dan saya tidak perlu menanggapi soal kepemimpinan DAP Versi saudara Paul Vinsen Mayor cs. Sejarah DAP Wilayah III Doberay versi Alm.Barnabas Mandacan dan Alm.Jhon Warijo memiliki sejarah yang panjang dan harus dihargai karena mereka adalah founding father Wilayah III Doberay.
Mereka telah berjuang secara politik menghadapi badai dan gelombang sejak zaman pemerintahan presiden Soeharto, Habibie, Gusdur, Megawati, SBY, dan sekarang Jokowi. Mereka telah memperjuangkan eksistensi dan pengakuan serta penghormatan terhadap harkat dan martabat masyarakat adat Papua, khususnya di Wilayah Adat Doberay di Provinsi Papua Barat.
Saya tidak perlu berdebat soal statuta atau pedoman dasar DAP karena TUHAN telah membagi setiap wilayah kediaman suku-suku bangsa diatas Tanah ini dan menempatkan nenek moyang kita masing-masing di dusun dan kampung mereka sejak zaman penciptaan. Tidak perlu merubah apa yang telah ditetapkan oleh Tuhan diatas negeri ini untuk ambisi dan kepentingan tertentu atas nama masyarakat adat Papua.
Mari kita saling menghargai harkat dan martabat kita masing-masing sesama anak adat Papua, tidak ada yang lebih hebat atau super dan tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain. Semua hak dan kewajiban kita kepada TUHAN dan alam tanah negeri ini sama kedudukannya. [Redaksi]