HomeKabar BintuniOpini LSM Panah Papua Prematur Tentang Konflik Bersenjata di Bintuni

Opini LSM Panah Papua Prematur Tentang Konflik Bersenjata di Bintuni

Situasi di Moskona Barat, Kabupaten Teluk Bintuni paska konflik antara aparat kepolisian dengan kelompok bersenjata, pada bulan April 2021 lalu. Sumber: Istimewa.

Pernyataan Direktur panah Papua, Sulfianto Alias dan Korneles Aisnak di beberapa media lokal tanggal 2/08/2021 tentang peneyelesian konflik Bersenjata dan Bagaimana solusi penyelesiannya terlalu prematur untuk ditarik sebagai kesimpulan.

Konflik yang disimpulkan berasal dari sumber daya alam terkait pemberian izin hak pengelolaan hutan dari pemerintah kami nilai sangat terburu-buru.

Meraba perseteruan perihal hak pengelolaan SDA sebagai sumber konflik, tidak bisa kita kaitkan, jika di tingkat masyarakat sendiri, belum terjadi pembicaraan, yakni belum ada masyarakat yang duduk bersama untuk berdiskusi.

Yohanes Akwan, Direktur YLBH Sisar Matiti menilai pernyataan kedua orang tersebut tidak berdasar. “Karena itu opini yang kami nilai hanya mencari sensasi mendorong program lembaga yang tidak substantif, serta akan ikut menyulut konflik. Saat ini kami nilai ada keseriusan pemerintah untuk memediasi serta memfasilitasi masyarakat, agar ada solusi penyelesaian. Sehingga hendaknya setiap pernyataan yang dikeluarkan, harus ikut memberikan solusi yang bisa mewujudkan perdamaian, agar konflik-konflik serupa tidak terulang lagi,” ujar Akwan.

Lanjut menurut YLBH Sisar Matiti, Kasus Pembunuhan terhadap Briptu Mesak Viktor Pulung yang terjadi pada 15 April 2021, bisa jadi merupakan pemicu konflik. Ia dibunuh di sebuah pos penjagaan milik PT Wanagalang Utama, sebuah perusahaan kayu yang beroperasi di wilayah Distrik Moskona Barat, Kabupaten Teluk Bintuni, dan hingga saat ini pihak kepolisian masih terus memburu pelaku sampai ke Kabupaten Maibrat karena diduga pelaku bersembunyi disana.

“Kedua, peristiwa kembali terjadi tanggal 16 Juli 2021 antara KKB secara tiba-tiba menembak aparat keamanan yang sedang mengantar balik tujuh orang Anggota KNPB yang datang dari Kabupaten Maibrat ke Teluk Bintuni, seusai diperiksa oleh Kepolisian Resort Teluk Bintuni. Karena kepolisian tidak memiliki bukti yang lengkap, maka mereka diantar kembali, dan pada jam 16-25 KKB Menyerang beberapa anggota dari Polres Bintuni, sehingga terjadi tembak-menembak. Dampak.dari peristiwa itu masyarakat panik dan mengungsi ke kota untuk mencari perlindungan, dan warga yang mengungsi sudah difasilitasi pemerintah untuk balik ke kampung halaman,” lanjut Akwan.

Akwan menyarankan, pernyataan terkait Direktur LSM Panah Papua, agar tidak diarahkan pada advokasi program lembaga, karena ini menyangkut nyawa masyarakat serta kedamaian masyarakat di wilayah Moskona Barat sampai di Kabupaten Maibrat. Serta mendorong pihak kepolisian untuk mengusut dan mengungkap siapa palaku dan aktor intelektualnya.

“Dengan demikian kami YLBH Sisar Matiti menyarankan pernyataan pribadi terkait kepentingan lembaga atau kepentingan pribadi, menurut saya dikesampingkan dulu. Semua argumentasi publik harus dikomunikasikan secara bersama, masyarakat adat agar tidak ikut menyulut konflik di atara masyarakat itu sendri. Hal itu harus dipahami dan kita semua ikut mendorong terciptanya situasi di wilayah Moskona Barat yang aman dan Kondusif, sehingga daerah itu tidak menjadi Daerah Operasi Militer,” pungkas Akwan.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments