Pada tahun 2012, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menunjuk noken sebagai warisan budaya dunia takbenda. Artinya, noken menjadi salah satu warisan budaya yang diakui dalam kancah Internasional.
Warisan takbenda merupakan status yang menggambarkan bahwa sebuah hasil budaya memiliki nilai sejarah penting serta ilmu pengetahuan. Itulah noken, warisan takbenda asal timur Indonesia, Papua.
Tak sedikit orang yang memandang remeh warisan budaya satu ini. Padahal, masyarakat Papua dan Papua Barat sendiri sangat menjunjung tinggi nilai yang terkandung pada noken. Bagi mereka, noken memiliki filosofi dan nilai luhur dalam kepercayaan mereka.
Noken merupakan hasil cipta karya dan rasa seorang manusia yang berbudaya dan beradat. Begitu ungkapannya. Pasalnya, membuat noken tidaklah mudah. Noken adalah proses pembelajaran turun-temurun dengan membawa nilai arif dari kehidupan sosial dan budaya.
“Noken adalah identitas Papua. Di dalam noken itu kita mengisi semua kebutuhan seperti hasil bumi, harta benda, juga sebagai gendongan bayi. Semua itu ada dalam noken,” ungkap Merry Dogopia, Ketua Noken Ania, melansir dari nasional.kontan edisi 1 Agustus 2019.
Segala hal tersebut bermuara pada filosofi noken. Lantas, apa yang membuat noken begitu berharga?
Noken dan Kehidupan Masyarakat Papua
Salah satu nilai filosofis noken adalah fungsinya dalam kehidupan masyarakat Papua. Sejak dahulu benda ini turut andil dalam berbagai aktivitas masyarakat timur Indonesia itu. Mulai dari membawa hasil bumi, barang berharga, bahkan menjadi alat untuk menggendong bayi.
UNESCO dalam situs resminya bahkan menyebut noken dapat berfungsi sebagai alat perdamaian. Cillian Nolan, seorang peneliti dari Crisis Group, pernah menjelaskan ihwal fungsi noken dalam kedamaian, yakni dalam sistem pemilihan pemerintah.
Noken-system atau sistem noken adalah sebutan dari sistem pemilihan umum dengan cara pemungutan suara. Sebagaimana namanya, setiap orang akan memasukkan hasil suara mereka dalam noken yang tersedia. Jumlah noken yang tersedia sesuai dengan jumlah pemimpin yang ada. Sederhananya, noken menjadi kotak suara layaknya dalam tempat pemilihan umum (TPU).
Tingginya nilai noken pada masyarakat Papua tak lepas dari pembuatannya. Terbuat dari bahan alami, yakni serat kayu, membuatnya menjadi begitu eksotis. Pengrajinnya pun tak sembarangan Mereka secara turun-temurun mengajarkan cara membuat noken pada anak-anak mereka, khususnya perempuan.
Bahkan, sejumlah suku menyebut perempuan yang belum bisa membuat noken, belum layak menikah. Misalnya, Warga suku Moor di Pulau Moor.
Ini sekaligus menjelaskan mengapa noken juga merupakan simbol kedewasaan seorang perempuan. Pasalnya, noken dianggap menjadi rumah berjalan yang memberikan kebutuhan bagi pembawanya. Sebagaimana seorang ibu yang menyediakan berbagai kebutuhan bagi keluarganya.
Dengan demikian, fungsi noken begitu menjamah kehidupan masyarakat Papua. Noken menjadi simbol persaudaraan kala ia dimanfaatkan menjadi wadah untuk membawa pinang kala menyambangi kawan. Noken melambangkan kemandirian dan persatuan saat dimanfaatkan sebagai wadah pemungutan suara pemilihan ketua daerah.
Noken, menjadi simbol masyarakat yang beradat dan berbudaya.
Upaya Melestarikan Noken
Masuk ke dalam kategori ‘in Need of Urgent Safeguarding’, atau warisan budaya yang membutuhkan perlindungan mendesak dalam UNESCO, noken perlu kembali diperhatikan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah terkait pelestarian noken adalah pembangunan Museum Noken di Expo Waena, Kota Jayapura, Papua.
Rencananya, museum tersebut akan berfungsi sebagai tempat untuk mempelajari tradisi noken, menunjukkan hasil karya mama-mama Papua, menjual noken, hingga tempat wisata. Museum tersebut merupakan hibah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua pada tahun 2013.
Namun hingga kini, museum tersebut kabarnya belum beroperasi.
Sumber:
CNN Indonesia. 2020. Museum Noken di Waena. Cnnindonesia.com edisi 4 Desember 2020
Nolan Cillian. 2012. Votes in the bag? The noken system and conflict in Indonesian Papua. International Crisis Group edisi 11 September 2012
Ramdan, Dadan M. 2019. Noken, rajutan identitas masyarakat Papua. Nasional.kontan.co.id edisi 1 Agustus 2019.