HomeKabar BintuniPapua Berbudaya: Beda Noken Raja Ampat dan Wamena

Papua Berbudaya: Beda Noken Raja Ampat dan Wamena

Noken. Foto: wikipedia

Noken adalah simbol kebudayaan nan arif masyarakat Papua. Tak hanya keunikannya terbuat dari serat kayu, namun filosofi dan noken menjadikan benda ini begitu bernilai. Ini membawa noken menjadi warisan budaya dunia takbenda pada tahun 2012. 

Noken punya peran penting bagi masyarakat Papua. Mulai dari mengangkut hasil bumi, menjadi wadah untuk pemungutan suara, hingga simbol kedewasaan perempuan. Noken merupakan warisan leluhur papua yang mengandung nilai-nilai luhur.

Mengapa tidak? Untuk membuat noken tidaklah mudah. Mulai dari memiliki bahan, mengeringkan, hingga memintal serat kayu menjadi benang. Untuk membuat satu wadah, pengrajin noken mampu menghabiskan waktu hingga satu bulan. Kekuatan dari tas serat kayu itu pun tak perlu diragukan. 

Sebagai salah satu warisan budaya Papua, noken ternyata tak sama di tiap daerah. Sebutlah dua di antaranya yang terkenal yakni noken Raja Ampat dan Wamena. Kedua noken ini ternyata memiliki perbedaan, mulai dari bahan hingga budaya yang terkandung padanya.

Berikut perbedaan noken Raja Ampat dan Wamena.

Noken Raja Ampat

Noken Raja Ampat. Foto: travel.kompas

Pertama, bahan dari noken Raja Ampat berbeda dengan noken Wamena. Masyarakat Papua Barat ini menggunakan daun pandan pesisir, daun tikar, ilalang rawa, atau kulit kayu sebagai bahan dasar. 

Pemilihan bahan noken ini menunjukkan identitas dari masyarakatnya. Misal, penggunaan pandan pesisir menunjukkan bahwa masyarakat Raja Ampat tinggal di daerah pesisir. Begitu juga bahan lainnya. 

Mengutip dari pihimeno, masyarakat Raja Ampat memiliki cara tersendiri bagaimana mengenakan noken. Masyarakat lokal mengenakan noken di leher dengan bagian noken menghadap ke depan. Selain leher, noken juga dikenakan di pundak.

“Lihat cara pakainya juga beda, kalau noken wamena, budayanya dipakai di kepala lalu kantung jatuh di punggung. Sedangkan noken raja ampat, digantung di pundak, ataupun leher,” kata Yuning, mengutip dari kompas edisi 24 Agustus 2017.

Dari segi bentuk pun berbeda. Noken Raja Ampat cenderung kotak dan agak kaku. Noken Raja Ampat dibuat dengan cara dianyam.

Noken Wamena

Cara mengenakan noken di Wamena. Foto: tanjungpuratimes.com

Dari segi bahan, noken Wamena menunjukkan masyarakat yang tinggal di dataran tinggi. Masyarakat Wamena menggunakan akar anggrek atau daun pandan besar sebagai bahan dasar pembuatan noken. 

Dari segi bentuk, noken Wamena agak lebih oval dan berbentuk seperti kantung dengan jaring-jaring. Kesannya agak lebih fleksibel. Dahulu, masyarakat Wamena menggunakan noken sebagai wadah untuk membawa hasil bumi.

Cara menggunakannya pun berbeda dengan masyarakat Raja Ampat. Masyarakat Wamena menggunakan noken dengan cara digantungkan di kepala hingga menggantung di belakang punggung. 

Berbeda dengan noken Raja Ampat yang dianyam, noken Wamena dibuat dengan cara dirajut. 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments