HomeKabar BintuniMisool, Papua Barat: Surga Bahari Terakhir di Dunia

Misool, Papua Barat: Surga Bahari Terakhir di Dunia

Pantai Papua Barat. Sumber: google

Tahukah Anda bahwa sejak tahun 2012 hingga 2017 terumbu karang dunia mengalami pemutihan masal? Hampir 70 persen terumbu karang dunia rusak. Ini termasuk 30 persen jumlah terumbu karang di Great Barrier Reef, Australia, rusak pada tahun 2016.

Penelitian terbaru, mengutip dari tekno.tempo, seluruh terumbu karang di dunia akan musnah pada tahun 2100. Bahkan, dalam 20 tahun ke depan, diprediksi jumlah terumbu karang dunia akan berkurang 70 hingga 90 persen.

Berbicara soal terumbu karang, maka masalah ini pula menjadi perhatian bagi Misool, salah satu perairan yang ada di Papua Barat. Dunia menyebutnya sebagai The Last Paradise atau surga terakhir bahari atas keindahan alamnya.

Secara visual, keindahan Misool memang tiada dua. Lanskap laut biru jernih dengan gradasi warna muda ke arah bibir pantai itu selalu memanjakan mata. Namun, alasan utama Misool menjadi ‘surga bahari terakhir’ adalah keragaman karangnya.

Australian Institute of Marine Science (AIMS) menyebut Raja Ampat sebagai lokasi dengan jumlah terumbu karang terbanyak. Termasuk Misool. Menurut mereka, tidak ada bagian di dunia ini yang memiliki jumlah keragaman terumbu karang lebih banyak dari Raja Ampat. 

AIMS menyebut jumlah jenis terumbu karang Raja Ampat mencapai 540. Sedangkan The Nature Conservancy Indonesia menyebut jumlah jenis terumbu karang di Raja Ampat mencapai 533. Dari jumlah tersebut, 387 jenis berada di Misool.

Itu artinya, hampir setengah keragaman terumbu karang Raja Ampat ada di Misool. Tak ayal jika Raja Ampat mendapat sebutan sebagai surga bahari dunia. Ia memiliki 75 persen spesies terumbu karang dunia dengan hampir 1,500 spesies ikan. 

Lantas, bagaimana kabar terakhir terumbu karang di sana?

Kabar Terbaru Terumbu Karang Raja Ampat: Tak Semua Sehat

Mengacu pada penelitian yang diunggah pada laman mongabay edisi 28 Mei 2018, terumbu karang di Raja Ampat tak lepas dari penyakit. Setidaknya, ada dua penyakit karang yang menjangkiti terumbu karang di sana.

Menurut dr. Ofri Johan, M.Si, peneliti pada Balai Riset Budidaya Ikan Hias, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dua penyakit itu antara lain: Black Band Disease (BBD) dan Skeletal Eroding Band (SEB).

Penyakit BBD adalah penyakit penurunan kualitas karang yang disebabkan oleh oleh mikroorganisme yang berukuran kurang dari 1 mm, yaitu Phormidium corallyticum. Bakteri ini hidup dengan cara memakan energi hasil fotosintesis karang. Hasilnya, pertumbuhan karang terhambat. Karang yang terjangkit penyakit ini akan terlihat memiliki warna hitam seperti gelang yang mengikat karang tersebut.   

Sedangkan Skeletal Eroding Band atau SEB merupakan kerusakan jaringan karang yang disebabkan oleh protozoa. SEB mirip dengan BBD, ia menyebabkan karang berwarna hitam atau abu-abu. Perbedaannya, karang yang berubah warna ini akan berubah menjadi putih setelah benar-benar rusak.

Penyakit-penyakit ini umumnya disebabkan oleh berbagai faktor. Misal, infeksi bakteri, jamur atau virus yang diawali oleh stress atau gangguan akibat suhu dan sedimentasi. 

Program Pengelolaan dan Rehabilitasi Terumbu Karang (Coralreef Rehabilition And Management Program/COREMAP) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, menyebut bahwa suhu sangat mempengaruhi kesehatan karang.

Suhu normal untuk karang berkisar di antara 28 hingga 29 derajat celcius. Perubahan suhu, baik itu naik atau turun selama 1 hingga 2 minggu dapat merusak karang.

Kabar buruknya, pemutihan karang sudah terjadi di sebagian wilayah Raja Ampat. Kabar ini dibenarkan oleh Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kawasan Konservasi Perairan Daerah Raja Ampat, Desember 2020 lalu.

“Kita melakukan survei pada tempat-tempat menyelam atau spot diving terkenal di Raja Ampat, lebih dari 10 titik. Kondisi pemutihan karang sedang terjadi dan ini adalah fenomena alam,” ungkap Kepala Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kawasan Konservasi Perairan Daerah Raja Ampat, Safri.

Tandanya, ada perubahan suhu para peraira Raja Ampat. Aktivitas warga seperti membuang sampah ke laut dan bom ikan juga menjadi penyebab.

“Kondisi ini sangat memprihatinkan. Kami akan mengedukasi masyarakat maupun sektor usaha pariwisata agar memperhatikan sampah dan pembuangan sedimentasi agar tidak sampai ke laut dan mengganggu kesehatan terumbu karang,” imbuhnya.

 

Sumber:

Johan, Ofri, dan Purwanto. 2018. Tertinggi Jenisnya di Dunia, Bagaimana Kesehatan Karang di Perairan Raja Ampat? Mongabay edisi  28 May 2018

 

Yunus, Muhammad. 2020. Terumbu Karang di Surga Bawah Laut Raja Ampat Memutih, Ini Penyebabnya. Sulsel.suara edisi  22 Desember 202

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments