HomeKabar BintuniMenyelesaikan Konflik Papua yang Berkepanjangan

Menyelesaikan Konflik Papua yang Berkepanjangan

Opini Yosep Iyai, Intelektual Muda Papua.

Rubrik Opini- Rekomendasi dan niat tulus saya kepada tuan/puan: Pemerintah Provinsi Papua, MRP, DPRP serta tokoh agama, adat, pemuda dan intelektual di Tanah Papua dalam mengakhiri konflik berkepanjangan di Papua.

Adapun permasalahan yang tengah terjadi di Papua, dalam ringkasan saya adalah meliputi, antara lain:

  1. Human rights violation and violence against civilians.
  2. Arbitrary detention and imprisonment.
  3. Extrajudicial military operations.
  4. Unlawful Torture and killing.
  5. Media blocking and access restriction.
  6. Restrictions to regional, national & international reporter and journalist.
  7. Stigmatization and labelling.
  8. Illegal Logging, illegal mining, illegal Fishing, illegal Hunting & palm Oil Plantation.
  9. Massive waves of transmigration.
  10. Discrimination.
  11. Racism.
  12. Marginalization.
  13. Refugees and Asylum seekers.

Rangkuman peristiwa yang menjadi permasalahan di Papua selama ini, jika dirunut, dimulai dari kekerasaan negara pra, selama, dan pasca PEPERA, hingga Operasi Trikora. Peristiwa Biak Berdarah, Wasior berdarah, Wamena Berdarah, Abe Berdarah, dan Paniai berdarah.

Kasus-kasus yang melibatkan Operasi Militer (OPM TPNPB versus TNI POLRI), antara lain: Kasus Nduga, Timika, Puncak, Yahukimo, Maibrat, Bintuni, Intan Jaya, Kwirok, serta kasus-kasus penghilangan paksa serta pelbagai polemik di Papua hari ini, kini menjadi sebuah bendungan air mata penderitaan, kesakitan, dan ratapan yang tak dapat terbendung lagi.

Tulang belulang korban, seakan membisikkan suara dari dalam kuburannya mengenai peristiwa yang mereka alami, bagaikan rangkaian film horor yang memilukan.

Konflik sejatinya dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat, pandangan dan kepentingan. Maka, tidak mudah untuk menyelesaikan konflik, tanpa sebuah kesepakatan. Kesepakatan ini dapat tercapai jika para pihak yang bertikai mau sedikit mengendurkan egonya untuk melakukan dialog yang intens.

Melihat Papua hari ini, ada banyak persoalan yang saling berkaitan, namun dengan latar belakang yang berbeda. Maka menyelesaikan satu masalah saja, tidak akan menyelesaikan permasalahan yang lain. Untuk itu, pemerintah harus segera menanggapi permasalahan dan konflik di Papua ini dengan pendekatan yang lebih humanis.

Permasalahan di Papua, bisa saya ibaratkan sebagai sebuah film bergenre horor yang diputar secara berkala sejak zaman PEPERA 1969, dan masyarakat seakan diwajibkan untuk menontonnya secara berulang. Rasa bosan nan ngeri menyelimuti masyarakat setiap kali film ini diputar dan ditonton. Kemudian kita bertanya, kapan kami akan disuguhkan sebuah film yang mengulas kehidupan yang penuh kebahagiaan?

 

Menurut hemat saya, untuk mengakhiri konflik ini, beberapa hal bisa dilakukan:

  • Meminta kedua kubu yang sedang bertikai utk genjatan senjata.
  • Pemerintah Papua (Gubernur, DPRP, MRP) menjadi mediator untuk menyampaikan pendapat rakyat papua kepada Jakarta.
  • Pemerintah membuat dan menetapkan Panitia Pendengar Pendapat Rakyat (PPR).
  • PPR harus ada perwakilan dari 7 wilayah adat, masing2 Kabupaten dan Distrik.
  • Selanjutnya, pemerintah bersama Panitia mendesign rancangan implementasi PPR.
  • Berikutnya, masuk pada tahap introduction. Dimana ditahap ini, panitia sudah langsung memperkenalkan PPR kepada masyarakat.
  • Pelaksanaan PPR.
  • Pembahasan dan penetapan hasil PPR sebelum dibawa ke Jakarta. Di tahap Ini, semua stakeholders, dari pemerintah, agama, adat, Pemuda, perempuan, Mahasiswa, semuanya Perlu dihadirkan beserta perwakilan-perwakilan dari tujuh wilayah adat.
  • Hasil PPR diserahkan kepada presiden (apapun hasilnya)
  • Jika dialog merupakan keinginan rakyat, maka harus dipastikan bentuk dari dialog tersebut. Siapa saja yang mewakili Papua? Hasil dari dialog ini harus kemudian disampaikan, dalam bentuk utuh tanpa ada modifikasi kepentingan. Karena, sejak tahun 1999/2000, komunikasi politik yang terjadi selalu tidak melibatkan aspirasi rakyat Papua yang sebenarnya.
  • Saya rasa, bila aspirasi murni dari rakyat Papua sudah tersampaikan, maka akan ada secercak harapan bagi kita sekalian untuk menyelesaikan masalah Papua ini.

Ulasan diatas hanya sebagai contoh, bahwa diperlukan sebuah tindakan preventif dan solutif untuk mengakhiri masalah Papua hari ini. Pemeriksaan boleh punya metode dan pendekatan mereka sendiri, intinya kegiatan tersebut bisa menampung aspirasi murni rakyat Papua.

 

Yosep iyai – United Student of West Papua.

WA: 081273124855, E-mail: papuanusiyai@gmail.com.

Rubrik ini merupakan opini yang telah melalui proses penyuntingan oleh redaksi. 

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments