
Setelah melakukan beberapa pembatasan akses keluar masuk Kota Sorong beberapa waktu yang lalu, kembali Wali Kota Sorong, Lamberthus Jitmau, menerapkan PPKM Darurat, untuk menindaklanjuti Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2021.
Adapun beberapa penambahan dalam pembatasan kegiatan masyarakat adalah dengan meniadakan layanan makan di tempat bagi rumah makan atau restoran.
Lambert mengimbau kepada masyarakat, agar bisa menaati peraturan yang telah ditetapkan. Menurutnya, kedisiplinan masyarakat menjadi kunci utama bagi sebuah daerah dalam melawan pandemi.
“Adapun pembatasannya itu tidak melayani makan di tempat, hanya boleh bungkus bawa pulang. Dan kami juga bedakan antara jam operasional rumah makan dan kaki lima, kalo kaki lima itu kan mereka baru buka jam lima sampai jam sepuluh malam. Intinya hanya boleh bungkus bawa pulang, karena ditakutkan jika makan di tempat, maka bisa menularkan virus bagi pelanggan lainnya,” ujar Lambert ketika memberikan keterangan pers pada (12/07).
Lambert juga meminta kepada Kepala Daerah Se-Sorong Raya agar bisa membatasi kegiatan warganya yang akan menuju ke Kota Sorong. Ia menambahkan, terhadap mobilitas warga Sorong Raya memang tidak dibatasi, karena kesadaran bahwa Kota Sorong menjadi pusat kegiatan perekonomian. http://bicarauntukrakyat.com/2021/07/03/kiat-kota-sorong-menghadapi-puncak-gelombang-kedua-covid-19/
“Saya tidak perlu ingatkan kepada teman-teman kepala daerah yang lain mengenai ini, saya tahu Kota Sorong ini sentral untuk melakukan segala macam kegiatan, tapi kasih perhatian lah kepada Kota Sorong, ini pandemi harus bisa kita lawan bersama,” pungkas Lambert.
Masyarakat Jangan Lengah

Di waktu yang sama, Wakil Ketua Kepartaian DPP Partai Golkar Papua Barat, Origenes Nauw mengajak masyarakat agar semakin sadar akan bahaya Covid-19.
Menurutnya, dengan bermutasinya varian virus ini, justru dengan adanya ke-proaktifan masyarakat dalam saling mengingatkan, menjadi kunci keberhasilan bersama dalam melawan virus yang sedang mewabah.
“Sementara kita di luar Jawa dan Bali ini kan belum tahu kapan puncak pandemi ini akan berlangsung. Ini bisa menjadi sangat mengerikan kalau masyarakat di Tanah Papua abai, malas tahu, percaya dengan mitos dan kepala batu,” ujar Origenes.
Menurutnya, meskipun pemerintah berupaya dengan segala peningkatan fasilitas kesehatan, dan tenaga kesehatan, akan menjadi sia-sia jika masyarakat masih menjalani pola hidup yang sama.
“saya sadar bahwa masyarakat juga pasti mengeluh dengan keadaan ini. Dengan adanya PPKM darurat, orang kecil ini mau makan apa kalau tidak boleh berkegiatan? Kasih makan keluarga dengan apa? Namun kita harus bersabar, karena pemerintah tidak tutup mata dengan keadaan ini, yakinlah bahwa pemerintah daerah ini sedang menyiapkan formula yang baik untuk masyarakat. Jangan kendor melaksanakan prokes,”imbuhnya.
Ia juga menyindir pihak-pihak pengelola dana Covid-19 yang mungkin mengambil keuntungan dari program-program sosial yang dijalankan.
“Dorang ini alasan jalan bagi-bagi sembako untuk masyarakat, yang cuma bisa makan dua tiga hari, abis itu apa? Supaya masyarakat bisa bilang, “eh bapa ini dia baik”, padahal ini semua cuma untuk jalan cari simpati supaya nanti dapat elektabilitas di tahun 2024. Stop sudah,” tegasnya.
Origenes menutup pembicaraan tersebut dengan kembali mengingatkan masyarakat Papua Barat agar bisa lebih saling beergotong-royong dalam menghadapi pandemi.
“Mari kita saling menjaga, saling mengingatkan antar keluarga, antar teman, antar RT dan RW. Barang ini dia nyata, sudah banyak korban berjatuhan, dari masyarakat maupun tenaga kesehatan dan pejabat. Saya mengajak famili dorang, mari tong terus tanam lutut, berdoa agar Tuhan kasih ilang ini virus, supaya kita bisa hidup normal lagi,” pungkas Origenes.