“Papua bukanlah ‘tanah kosong’ melainkan berpenghuni, di mana setiap jengkal tanah dimiliki oleh setiap suku ataupun marga yang berdiam di tujuh wilayah adat di seluruh Papua,” ucap Adriana mengutip sindonews.
Ungkapan tersebut merujuk pada identitas konflik yang kerap melekat pada Bumi Cenderawasih. Pasanya, hal itu bukan isu belaka. Contohnya adalah kasus penolakan Blok Wabu oleh warga setempat. Hal ini diungkapkan oleh Kornelius selaku Koordinator Lapangan Front Mahasiswa Papua Sejawa & Bali Tolak Blok Wabu.
“Konflik Bersenjata, Eksploitasi Emas di Blok Wabu, Kematian Pdt Jeremias dan rakyat Sipil, persoalan diatas akibat dari adanya kepentingan oligarki mengunakan kekuasaan untuk melakukan penambangan emas di Intan Jaya,” paparnya dalam seruan aksi penolakan tambang emas Blok Wabu
“Sebelumnya intan Jaya Baik saja- trada konflik bersenjata antara TPNPB & TNI Polri, kontak senjata itu muncul Ketika adanya prencenaan dilakukan oleh PT.Freport melalui PT. ANTAM dan INALUM untuk melakukan penambangan baru di Intan Jaya pada tahun 2020,” imbuhnya.
Front Mahasiswa Papua Sejawa & Bali Tolak Blok Wabu yang melakukan aksi di depan Gedung DPR-RI, pada Rabu (09/02).
Ada yang menarik dari kisah penambangan Blok Wabu. Faktanya, wilayah ini dulu tidak dilirik oleh PT Freeport karena dinilai tidak menguntungkan. Blok Wabu sempat masuk ke dalam aera konsesi Freeport Indonesia di tahun 1991. Namun perusahaan anggota holding, MIND ID melepas Blok Wabu dengan alasan ingin fokus menggarap Grasberg
Hal ini diungkapkan oleh Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas. Ia mengatakan bahwa awalnya Freeport tidak tertarik dengan Blok Wabu karena alasan hendak fokus menggarap Grasberg. Padahal, mereka sudah mengetahui bahwa Blok Wabu memiliki potensi.
“Jadi kami menyimpukan, bahwa kami tidak tertarik untuk menambang di situ. Kenapa? Bukan karena Wabu itu tidak berpotensi, tapi kami fokus di Grasberg,” ujar Tony mengutip kompas.
Namun nyatanya keputusan tersebut kini tak lagi berlaku. Anggapan bahwa Blok Wabu tidak menghasilkan atau tidak bernilai ternyata salah. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi Blok Wabu mencapai 117.26 ton bijih dengan kadar emas 2.16 gram per ton emas (Au) dan 1,76 gram per ton perak. Jika dianalogikan, maka 1 ton emas dari tanah Blok Wabu mengandung 2.16 gram per ton emas (Au) dan 1,76 gram per ton perak.
Jumlah ini menjadi alasan mengapa Blok Wabu dinilai memiliki potensi yang lebih besar dari tambang Grasberg. Tak ayal, kandungan emas tambang raksasa itu hanya milik Freeport itu hanya 0,8 gram per ton emas.
Setelah Freeport Indonesia telah melepas Blok Wabu ke pemerintah awal tahun 2018, pemerintah justru menerbitkan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) pada 21 Desember 2018. Inilah awal mula isu pengelolaan tambang oleh salah satu perusahaan emas besar di Indonesia.
Merespons hal tersebut, pemilik hak ulayat dan mahasiswa melakukan penolakan hingga saat ini. Menurut mereka, wilayah penambangan tersebut termasuk ke dalam Wilayat (wilayah adat) atau peradaban orang Moni. Menurut Kornelius, ini yang menyebabkan gesekan antara warga dengan pemerintah.
Kehadiran tambang, menurut Kornelius, sarat akan isu politik dan ekonomi. Pemerintah terkesan menggunakan alasan keamanan di balik pengiriman militer ke Intan Jaya untuk mengamankam investasi tambang emas.
“Merepons hal tersebut pemilik kepentinggan tidak diam begitu saja mobilisasi keamanan (aparat) dikrim secara masal di intan jaya, seakan ada konflik senjata ideologi dibalik itu hal tersebut dilakukan untuk mengamankan invetasi tambang emas di Blok Wabu,” jelas Kornelius.
“Pengiriman militer di Intan Jaya dengan dalil keamanan. Namun hasil kajian dari koalisi Indonesia bersikan “Ekonomi, Politik, Penetapan Militer Di Papua,” ada Menteri & Jendral aktif yang trut terlibat untuk mengamankan invetasi blok wabu melalui PT Aneka Tambang Tbk (ANTM),” ungkap Kornelius.
Hal ini berdampak pada masyarakat sekitar. Berdasarkan pernyataan Korenlius, masyarakat di sejumlah wilayah harus menanggung dampaknya. Misalnya Rakyat Intan Jaya suku marga; sondegau, Duwitau, belau, Japugau, Sani, Tipagau, Kobogau, Migau, dan Naegau. Menurutnya, mereka dihadapkan dengan situasi konflik kekerasaan.
“Dari pelanggalaman buruk yang dihadapi rakyat intan Jaya. Kami Mahasiswa tengargabung dalam ‘Front Mahasiswa Papua Sejawa & Bali Tolak Blok Wabu’ Mengundang Kawan-kawan Solidaritas Indonesia, dan Mahasiswa Papua trut hadir dalam Demostrasi damai,” jelas Kornelius.
Sumber
Alaydrus, Hadijah. 2021. Kandungan Emas Blok Wabu Lebih Besar dari Grasberg Freeport, Nilainya Setara Rp300 Triliun. Ekonomi Bisnis edisi 25 September 2021.
Birdieni, Birny. 2021. Kuat Dugaan Ada Mafia Lelang Blok Wabu, Kementerian ESDM Harus Buka Suara. Gatra edisi 24 September 2021.
Idris, Muhammad. 2021. Mengenal Blok Wabu, Gunung Emas dalam Konflik Luhut Vs Haris Azhar. Kompas edisi 23 September 2021.
Redaksi Sindonews. 2022. Atasi Konflik Papua, Pengamat Sarankan Pemerintah Lakukan Pendekatan Secara Integratif. Sindonews edisi 26 Januari 2022.