Jaringan listrik di bagian Papua paling timur baru-baru ini mati. Akibatnya, sekitar 500.000 warga pada empat wilayah tersebut, tidak dapat mengakses internet. Padahal, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut bahwa hak atas akses internet merupakan hak dasar warga negara.
Menurut pemerintah, putusnya jaringan internet di Papua disebabkan oleh faktor alam. Juru Bicara Kementerian Kominfo, Dedy Permadi, membenarkan hal tersebut. Pendapat tersebut juga sejalan dengan Ketua Bidang Infrastruktur Broadband Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Nonot Harsoyo.
Melansir CNN, ia menyebut Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) atau kabel optik bawah laut putus akibat gempa.
Ia mengatakan bahwa kondisi mati jaringan internet bisa terjadi karena terdapat pergeseran lapisan bumi dasar laut yang disertai oleh gempa.
“Jika terjadi pergeseran lempeng bumi, biasanya disertai gempa yang agak, besar kabel bawah laut akan putus total, sehingga internet bisa tiba-tiba blackout,” ujar Nonot mengutip CNNIndonesia.com.
Namun, pernyataan tersebut tidak sesuai dengan fakta yang dikatakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Menurut data mereka, tidak ada gempa yang terjadi di sekitar Papua selama 2 bulan terakhir.
Lantas, benarkah listrik Papua mati karena faktor alam?
Alam Tidak Berbuat Begitu pada Papua
Sejumlah media besar mempertanyakan kasus mati internet yang terjadi di Papua. Pasalnya, ada sejumlah kejanggalan soal faktor penyebab mati listrik di Papua. Pertama, bahwa tidak ada gempa yang terjadi di sekitar Papua pada 2 bulan terakhir.
Awalnya, juru bicara Kemenkominfo, Dedy Permadi, menyebut kabel bawah laut pada jalur Sulawesi-Maluku-Papua (SMPCS) milik PT Telkom Indonesia putus. Kabel ini berada pada kedalaman 4.050 meter, 280 kilometer dari Biak dan 360 kilometer dari Jayapura.
Namun, Manajer Umum Bidang Operasi dan Kualitas Telkomsel untuk Wilayah Papua dan Maluku, Adi Wibowo, berkata lain. Ia menyebut kasus tersebut terjadi karena ada pemeliharaan kabel laut di ruas Biak-Sarmi.
Menanggapi perbedaan tersebut, Damar Juniarto selaku Direktur Eksekutif Safenet menyebut bahwa ada yang janggal. Lebih lanjut, Damar mengatakan bahwa ada puzzle yang membuat masyarakat bingung antara tidak ada kejelasan baik dari PT Telkom maupun pemerintah.
“Ada puzzle yang membuat bingung, apa penyebab persis kejadian ini,” ujar Damar.
Kasus ini sudah beberapa kali terjadi. Kabel internet bawah laut yang diresmikan tahun 2015 oleh Presiden Jokowi itu setidaknya sudah rusak berkali-kali. Menurut data Askalsi, kasus putus kabel dalam kurun waktu 3 tahun terakhir mencapai 97 kasus. Dengan rincian tahun 2018 40 kali, 2019 sebanyak 19 kali dan tahun 2020 sebanyak 27 kali.
Menanggapi kasus tersebut, pemerintah pun mengatakan bahwa faktornya sama, yakni faktor alam.
Dampak Putusnya Jaringan Internet Papua
Putusnya internet di wilayah Papua jelas mengganggu aktivitas warga. Salah satunya kegiatan belajar mengajar. Wiwi Ayomi, mahasiswi Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, misalnya.
Menurutnya, putusnya internet memaksanya untuk kuliah tatap muka. Hal ini tentu tidak sejalan dengan protokol kesehatan yang mengharuskannya belajar via daring.
“Saya harap internet tidak putus, kita kan harus mengurangi kasus corona. Saya kalau pergi ke kampus harus naik transportasi umum, duduknya berdempetan,” kata Wiwi, mengutip kompas.
Selain itu, ada Ari Bagus Poernomo yang mengaku kehilangan pendapatan sekitar Rp 11 juta karena internet padam. Pria yang bekerja sebagai pengembang situs internet ini tidak bisa bekerja sama sekali karena internet mati.
“Saya harus perbarui domain empat situs klien saya. Waktu internet diputus pemerintah tahun 2019, saya masih bisa akses internet di beberapa hotel. Sekarang saya tidak punya pilihan,” tuturnya.
Damar Juniarto dari Safenet, pun punya pendapatnya sendiri. Ia mengatakan bahwa pemerintah pusat tidak menunjukkan upaya maksimal dalam mengatasi kasus tersebut.
“Kalau seperti sekarang, perhatiannya kurang. Situasi warga susah, ada pandemi dan konflik antara kelompok bersenjata dengan tentara. “Ini akan membuat citra seolah-olah pemerintah membiarkan. Dan anggapan pembiaran bisa menumbuhkan prasangka bahwa putusnya internet ini adalah hal yang disengaja,” pungkas Damar.
Sumber:
CNN Indonesia. 2021. Ahli Sebut Kabel Optik Internet Papua Bisa Putus Akibat Gempa. Edisi 06 Mei 2021.
Utama, Abraham. 2021. Papua: Jaringan internet di provinsi paling timur terputus akibat faktor alam? BBC edisi 20 Mei 2021.
Wally, Engel. 2021. Menyoal Putusnya Jaringan Internet di Papua, Benarkah akibat Faktor Alam? Kompas edisi 20 Mei 2021.