
18 tahun merupakan usia yang sangat muda bagi sebuah administrasi pemerintahan daerah. Ibarat remaja yang baru memasuki usia legal, pencarian jati diri menjadi faktor yang sangat mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah ke depannya.
Kabupaten Teluk Bintuni, sebuah wilayah administrasi yang sedang beranjak dewasa. Dengan potensi alam yang begitu melimpah, butuh landasan-landasan kebijakan yang mampu menjadi fondasi untuk bisa dibangun dengan tetap gagah.
Kemajuan Teluk Bintuni, bukan hanya perkara investasi. Tetapi bagaimana investasi tersebut berkesinambungan dengan lingkungan, SDM serta adat.
Tak mudah mengolah sebuah daerah dengan godaan ekploitasi yang begitu masif. Namun, 18 tahun Teluk Bintuni berjalan, nampaknya kabupaten ini sedang membangun condong ke arah yang positif.
Pemerataan akses komunikasi serta listrik yang begitu signifikan dalam 5 tahun terakhir menjadi sentimen yang harus diapresiasi.
Pengembangan SDM melalui sekolah teknik seperti Petrotekno Technical School adalah kesinambungan yang dibutuhkan oleh daerah seperti Teluk Bintuni. Putra Daerah harus menjadi tuan di tanahnya sendiri.
Gejolak politik serta ekonomi paska Pilkada pun masih bisa ditolerir dan diatasi dengan baik. Komunikasi yang masih bisa terjalin, menandakan berjalannya good governance yang akan mampu menarik banyak investasi.
Ketika Indonesia sedang dihantam oleh Pandemi Covid-19 yang begitu liar, Teluk Bintuni masih mampu memberikan rasa aman bagi penduduknya.
Kesigapan Pemerintah Daerah beserta Satgas dalam mengantisipasi lonjakan, bahkan pernah menjadikan Teluk Bintuni sebagai Zona Hijau di kala pemerintah daerah yang lain sedang kesulitan dan tersengal-sengal.
18 Tahun merupakan usia yang sangat muda bagi sebuah daerah. Namun Teluk Bintuni mampu menunjukkan kemampuannya untuk menjadi daerah yang bakal disegani.
Dirgahayu Negeri Sisar Matiti.