HomeKabar BintuniIntegrated Farm untuk Papua: Hutan Sagu Jadi Agrowisata

Integrated Farm untuk Papua: Hutan Sagu Jadi Agrowisata

Ilustrasi sagu. Foto: pixabay

Bukan rahasia umum bahwa pengembangan pertanian di Indonesia menitik beratkan pada padi. Padahal, sumber pangan di Indonesia tidaklah soal padi saja. Indonesia merupakan negara kaya sumber daya alam yang dapat menghidupi rakyatnya sejak dahulu kala.

Salah satunya adalah sagu. Sagu merupakan salah satu sumber pangan di Indonesia sejak dulu kala. Selain memiliki kandungannya yang dapat menyaingi nasi, sagu juga baik untuk kelestarian alam.

Hal ini diungkapkan oleh Prof Hasjim Bintoro, Guru Besar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB University. Menurutnya, sagu merupakan salah satu tanaman yang tepat untuk dikembangkan secara berkelanjutan.

“Sagu itu berbeda, tidak merusak vegetasi. Karena kita dapat bahan makanan dari pohonnya, tanpa harus merusak hutan. Jangan sampai kita nanti baru menyadari bahwa sagu ini dapat menyelamatkan kita, dan ternyata sudah habis karena perusakan hutan,” jelas Prof Hasjim, mengutip situs resmi kemendikbud.

Indonesia memiliki potensi sagu yang luar biasa. Potensi lahan sagu Indonesia mencapai 5,5 juta hektare. Dari jumlah tersebut, pemanfaatan sagu di Indonesia baru 5 persen saja atau sekitar 314.000 hektare saja.

Tahun 2020, angka tersebut naik pada 663 hektare. Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Kementerian Pertanian (Kementan) Heru Tri Widarto, mengaku bahwa pemanfaatan sagu masih kurang.

Untuk itu, saat ini Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong hutan sagu sebagai salah satu sektor pengembangan pertanian. Salah satunya, menuju pertanian Papua Barat yang lebih baik.

Melalui integrated farm, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berupaya mengembangkan hutan sagu sebagai agrowisata. 

Papua Barat, Jadi Penghasil Sagu Terbesar Nusantara

Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyebut bahwa Papua Barat merupakan penghasil sagu terbesar di Nusantara. Dalam rangka memanfaatkan hal tersebut, Syahrul melirik Sorong sebagai Kabupaten yang memiliki potensi sagu cukup besar.

“Di sini sagunya oke, dan pertanian ngga bisa sendiri sendiri, harus ramai ramai. Agrowisata, satu kali turun semua kena, jadi jangan cuma sagu, harus ada bimtek, Istri istri harus bimtek, anak muda harus kursus, kursus harus ada hasilnya, seperti sagu harus jadi mie, kemudian ada perlakuan teknologi, biar tampilan (pati) menjadi putih bersih,” ungkap SYL mengutip tabloidtani.

Nantinya, lahan sagu akan digarap menggunakan konsep Integrated farm di mana usaha pertanian dan peternakan akan dipadukan dengan penerapan teknologi yang tepat guna.

“Ini integrated farm, tolong Muspida koordinasi bantu Bupati untuk kerubutin, kita buat industrinya, tidak hanya sagu saja, tidak hanya saja Melki (petani) membuat sagu saja, tapi sekitarnya ada peternakan, di sana ada buah horti, kemudian tanaman pangan, dan lainnya, jadi ada integrated farm dan modern, semua yang dimiliki rakyat,” sambung SYL.

Syahril menyebut ada beberapa hal yang mampu menunjuang pertanian sorong menjadi lebih baik. Antara lain infrastruktur alam yang baik, sumber daya alam yang baik, dan modal untuk pertanian.

“Syarat pertanian yang bagus itu yang pertama lahannya oke, kemudiaan yang kedua airnya bagus, yang ketiga rakyat nya mau bersama pemerintah, jangan rakyat saja pemerintah nya ngga, atau pemerintahnya saja rakyatnya ngga, kemudian seterusnya membutuhkan pelatihan, lalu butuh modal pak Jokowi sudah memberikan KUR,” tuturnya.

 

Sumber:

Humas Kementan. 2021. SYL: Lahan Sagu di Sorong Potensial untuk Agrowisata. Tabloidtani edisi 5 September 2021.

Khairunnisa, Syifa Nuri. 2020. Produktivitas Sagu Masih Rendah, Kementan Tata dan Perluas Lahan Sagu. Kompas 20 Oktober 2020.

Putra, Dwi Aditya. 2020. Potensi Pengembangan Lahan Sagu di Indonesia Capai 5,5 juta Hektare. Liputan6 edisi 20 Oktober 2020.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments