Sebagai generasi penerus Teluk Bintuni, kami para pemuda dan pemudi, dalam kontestasi politik, pemilih baru maupun pemula, mempunyai idealisme tersendiri.
Kami melihat sosok dari calon pemimpin yang bersih, jujur dan amanah. Sosok pemimpin yang tidak mempunyai kepentingan ekonomi, sosok yang mampu menjadi suri tauladan, sosok yang mampu membawa perubahan, yang mampu memberikan kontribusi bagi pendidikan serta pengembangan sumber daya manusia. Dan kami melihat itu pada Bapa Piet dan Bapa Matret.
Kami melihat bagaimana sosok seorang pemimpin yang mampu menjalankan amanah, baik dari perintah partai maupun struktur yang lebih tinggi. Kami melihat sosok pemimpin yang tak punya sejarah pidana. Karena bagi kami, penyelewengan berapapun nominalnya, adalah dosa terbesar seorang pejabat. Dan kami melihat itu di Bapak Piet dan Bapa Matret. Yang tak punya sejarah kelam. Yang mampu menjadi tauladan.
Kami melihat calon pemimpin, yang mampu menjadi nahkoda dalam keluarganya. Yang mampu menjaga keharmonisannya. Karena bagi kami, anak Bintuni, ini merupakan nilai sakral. Sebuah tolok ukur bagaimana memimpin sebuah negeri dilihat dari bagaimana keharmonisan keluarga itu bisa dijaga.
Kami melihat sosok calon pemimpin yang mampu memberikan manfaat yang nyata. Yang tak cuma bisa beretorika. Yang bukan cuma melontarkan fitnahan. Karena kami, merasakan langsung apa yang telah dibangun. Kami merasakan langsung manfaat terbukanya akses. Kami merasakan bangga ada rekan sebaya kami bisa berjaya di Jakarta maupun di Luar Negeri. Kami melihat potensi sebagai pemegang tongkat estafet. Kami merasa optimis. Sebagai anak bangsa, sebagai anak Teluk, kami percayakan Bapa Piet dan Bapa Matret untuk melanjutkan, mempersiapkan dan menaungi kami sebagai tuan di negeri sendiri.
Edi Mecibaru
Ketua Militan Muda PMK2 Jilid II
