“Indonesia sendiri memiliki wacana membangun bandara antariksa di Biak, Papua. Indonesia berada pada posisi terbaik untuk meluncurkan roket karena Biak dekat dengan ekuator,” kata Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro, mengutip CNN.
Wacana pembangunan landasan antariksa RI sudah ada sejak lama. Hal ini merujuk pada ungkapan Menristek tahun lalu. Wacana ini setidaknya dilatarbelakangi oleh beberapa hal.
Pertama, investasi. Dunia tengah melirik potensi eksplorasi angkasa luar melalui proyek ini. Atas alasan tersebut, pemerintah menilai proyek lapangan terbang dapat merupakan investasi yang sangat besar.
Kedua, posisi Biak yang strategis. Biak terletak dekat dengan garis ekuator merupakan posisi ideal untuk meluncurkan roket. Posisi tersebut membuat peluncuran satelit akan lebih murah karena tidak perlu ada manuver.
Ketiga, pembangunan landasan antariksa ini akan membawa peningkatan ekonomi bagi warga sekitar.
“Pemprov Papua menilai pembangunan pelabuhan antariksa di Biak akan menjadikan Kabupaten Biak Numfor sebagai hub dan membawa dampak ekonomi yang positif bagi pemerintah daerah dan masyarakat setempat. DPR RI juga melihat pembangunan Pulau Biak sebagai ‘Pulau Luar Angkasa’ akan membawa multiplier effect bagi masyarakat sekitar,” kata ungkap juru bicara Pemerintah Indonesia, mengutip kompas.
Kendati demikian, wacana ini mengundang penolakan keras, khususnya dari masyarakat Papua. Menurut mereka, pembangunan landasan antariksa ini akan merusak ekosistem dan lingkungan. Terlebih, masyarakat takut akan diusir dari tempat tinggalnya.
Dibungkam Jika Bersuara
Mengutip situs resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, masyarakat Papua tengah menyampaikan keberatannya. Kepala Suku Pulau Biak, Manfun Sroyer, khawatir akan nasib warganya yang akan terusir dari rumah mereka.
Pertama, kekhawatiran akan rusaknya lingkungan mereka. Pembangunan landasan antariksa di Biak dinilai akan merusak tempat perburuan tradisional mereka. Namun, hal itu bukanlah yang terparah. Manfun menyebut bahwa aksi penolakan akan berujung pada penangkapan.
“Pelabuhan antariksa ini akan merugikan tempat perburuan tradisional kami, merusak alam tempat hidup kami bergantung,” ungkap Manfun.
“Tapi, jika kami protes, kami akan segera ditangkap,” imbuh Manfun Sroyer, mengutip kompas Kamis (11/03/2021).
Hal ini pernah terjadi pada tahun 2002 lalu. Berdasarkan informasi, sebelumnya Rusia berencana membangun hal serupa. Pada 2002, Rusia menginginkan tanah kami untuk peluncuran satelit. Badan Antariksa Rusia Roscosmos berencana membangun landasan peluncuran roket pada tahun 2024. Atas hal tersebut, rakyat meluncurkan protes.
“Kami memprotes dan banyak yang ditangkap dan diinterogasi. Sekarang mereka membawanya kembali, pelecehan serta intimidasi ini masih berlangsung,” ungkap dia.
Kini, wacana pembangunan landasan antariksa muncul dari CEO Tesla, yakni Elon Musk. Rencananya, Elon dan pemerintah Indonesia akan membangun bandar antariksa Space X di Biak.
Mengutip wartakota, rencana ini sudah sampai tahap awal. Artinya, pemerintah masih mempelajari proposal lokasi proyek Space X.
Sumber:
James, Rory. 2021. Anger after Indonesia offers Elon Musk Papuan island for SpaceX launchpad. The Guardian edisi 9 Maret 2021
Suroto, Hari. Soal Niat Indonesia Bangun Bandara Antariksa Pertama di Biak, Papua. Detik edisi 2 Maret 2021
Tanpa Nama. 2021. Digadang-gadang akan Bangun Tempat Peluncuran Roket SpaceX di Indonesia, Pemerintah Tawarkan Pulau Biak untuk Elon Musk. Lapan edisi 13 Maret 2021.