Bintuni, 21/07. Tahun 2015 Angka Kemiskinan di Teluk Bintuni, berada pada angka 36,66 %, dan dalam waktu 3 tahun angka kemiskinan Kab. Teluk Bintuni menurun menjadi 30,30%, Data per maret Tahun 2019 yg dirilis oleh BPS.
Berapa anggaran Pemerintah Indonesia, saudara tau anggaran Papua Barat kurang lebih Rp9,3 Trilyun tapi angka kemiskinannya berada di urutan 33 (22,1%) dari 34 Provinsi di Indonesia.Â
Indonesia Anggarannya kurang lebih Rp2.500-an Trilyun, dan angka kemiskinannya berada di kisaran 9,7%. Menurut IMD World Competitiveness Year Book 2020, Indonesia angka kemiskinananya menurun, pada 2020, Indonesia menempati posisi ke 40 dari 63 negara yang menurun, (Tahun 2019 Indonesia peringkat 32) ini faktor pertumbuhan ekonomi, angka pengangguran, perlambatan ekonomi dunia dan lainnya.
Yang lebih penting Kab. Teluk Bintuni sudah tidak menjadi Kabupaten Termiskin di Papua Barat, bahkan angka penurunannya adalah yang tertinggi diantara semua Kab/Kota di Papua Barat.
Penurunan itu bukan karena faktor ekonomi semata, tapi juga disebabkan oleh menurunnya angka pengangguran yang saat ini berada pada angka 5,93%. Dimana pada tahun 2015 angka pengangguran berada pada angka 6,87%.
Pengangguran ini menurun karna adanya program dan kegiatan Pemerintah Daerah terhadap Pengembangan Tenaga Kerja siap Pakai, Meningkatnya Tenaga Kerja yang bekerja di Sektor Informal dan adanya ruang kerja bagi masyarakat kampung yang bekerja di Program Padat Karya.
Indikator capaian keberasilan ini membuat adanya keinginan kuat dari masyarakat yg terus mengalir dukungan kuat kepada Petrus Kasihiw dan Matret Kokop untuk kembali memimpin Teluk Bintuni di Priode ke II.
Hal yang sama, pada posisi partai Koalisi pendukung Petahana yang merupakan Partai-Partai Besar dan Berkuasa di Indonesia. Disamping itu pada posisi kekuatan parlemen di legislatif tentunya sangat kuat, karena posisi Petrus Kasihiw sendiri menjabat sebagai ketua DPD Partai partai Nasdem Teluk Bintuni dengan perolehan kursi sebanyak 7 kursi dan ditambah partai koalisi dan juga partai non sit yg ikut mendukung seperti PBB.
Di sisi lain, rakyat masih tetap konsisten terhadap dukungan kepada petahana yang dilihat berhasil dalam membangun Teluk Bintuni di periode pertama, dimana 3 tahun sebelumnya mampu menurunkan angka kemiskinan dari 36,66% menjadi 30,30% artinya, di kepemimpinan Piet Matret, angka kemiskinan kita menurun 6,36 %, dan di tahun ke 4 berhasil menangulangi pandemi covid 19 di Kabupaten Teluk Bintuni 100%, serta masuk dalam zona hijau.
Piet Matret mampu menciptakan mitigasi dampak dari pandemik covid, mengalihkan anggaran APBD sebesar Rp88 milyar untuk penanganan covid dan penanggulangan dampak ekonomi dan sosial yang turut mengiringinya.
Dilihat dari struktur posisi politik, petahana memberikan jaminan cukup kuat untuk meghadapi perhelatan politik di 9 desember 2020, hal ini di buktikan dengan adanya prestasi yg sudah dilakukan oleh petahana dalam memimpin Teluk Bintuni dalam kurun waktu 3,5 Tahun.
Prestasi dan capaian kinerja membuat dukungan rakyat kepada petahana terus mengalir kuat untuk periode kedua.
Calon Petahana dilihat memiki hati, kerap tampil di media dan keduanya sosok yang bersahaja serta tidak pendedam. Mereka justru merangkul dengan hati dan mempersatukan rakyat dengan kasih.
Keduanya adalah pemimpin yang rendah hati dan tidak arogan, pemaaf dan tidak memperkaya diri dengan APBD.
Penggunaan APBD yang sepenuhnya digunakan untuk percepatan pembangunan dari kampung ke kota. Dengan kata lain petahana sdh bekerja dan bukan baru mau berjanji.
Penulis: Kordinator PMK2 Wilayah Pemenangan Dapil I Bintuni Kota, Anes Akwan.